Di baliknya ada sosok yang tak bisa dianggap sebelah mata. Sebuah pekerjaan yang berkutat tidak jauh dengan jenazah, orang yang tertimpa kesusahan dan mungkin bagi sebagian besar orang dianggap menyeramkan, ialah sopir ambulans.
Seperti Arief Rahman salah satunya, sudah lebih dari lima tahun menjadi sopir ambulans di rumah sakit plat merah di Jakarta Timur. Ia mengaku banyak hal yang ia petik saat menjalankan profesinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mercy Dibikin Ambulans, Ini Harganya |
"Pengalaman kita dapatkan selama ada di lapangan, bekerja dengan ikhlas sehingga menjadi enjoy aja enak dijalaninya," kata Arief saat berbincang dengan detikcom, di Jakarta Timur.
Baginya, saat menjadi sopir ambulans tak melulu soal mengendarai mobil. Selain membawa pasien yang sakit, ia juga kerap kali membawa jenazah untuk dibawa ke rumah duka di wilayah Jabodetabek.
"Jadi banyak pengalaman yang didapat, pertama tahu jalan-jalan di pelosok-pelosok Jakarta. Kemudian yang kedua istilahnya ingat sama umur, kita juga bakal seperti itu nantinya," ucap Arief.
Ia menuturkan selain menguasai teknik berkendara, kemampuan lain yang dibekali adalah pengetahuan medis yang cukup. Supaya ia dan rekannya dapat memberi pertolongan kepada pasien sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Baca juga: 'Biarkan Ambulans Lewat Duluan' |
"Saat waktu pertama kali masuk ke ambulans kita sudah di-training BHD (Bantuan Hidup Dasar) dan BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support), jadi semua kru dan sopir ambulans itu harus punya sertifikat," kata Arief.
Di rumah sakit tempatnya bekerja saat ini sudah memiliki satu unit mobil pengantar jenazah, dua unit mobil transportasi pasien, dan satu unit mobil emergency. Ada 8 orang sopir ambulans yang siap melayani pasien, yang terbagi menjadi dua shift, pagi dan malam.
Profesinya sebagai sopir ambulans membuatnya harus siap, sigap, dan penuh kehati-hatian dalam menjalankan tugas. Bertahun-tahun menjalankan profesi sebagai sopir ambulans bukan tanpa risiko.
"Jarak tempuh juga harus diperhatikan, tidak boleh lebih dari 60 km/jam. Misalnya saat membawa pasien dengan penyakit jantung, saat ngerem tiba-tiba terpental, nanti jadi masalah," kata Arief.
Pun demikian dengan perawatan armada, tanggung jawabnya memastikan ambulans tetap bersih, rapi, dan siap untuk dipakai kembali sewaktu-waktu.
Kewajiban bagi sopir ambulans yang telah menjadi bagian dari kehidupan mereka, laiknya manusia yang harus dirawat ketika sakit dan dijaga agar sehat dan siap digunakan kapan saja.
Satu prinsip yang membuat Arief tetap menjalani profesi sebagai sopir ambulans. "Bekerja dengan ikhlas, ibadah kita juga dapat, dari segi finansial juga ada," pungkas Arief seraya tersenyum.
Simak Juga 'Mana yang Harus Didahulukan, Mobil Damkar atau Ambulans?':
(riar/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Gaya Merakyat Anies Baswedan di Formula E Jakarta, Duduk di Tribun Murah