Bus Rapid Transit Semarang Kawinkan Solar dan BBG

Bus Rapid Transit Semarang Kawinkan Solar dan BBG

Angling Adhitya Purbaya - detikOto
Rabu, 09 Jan 2019 17:56 WIB
Bus Rapid Transit Semarang Foto: Angling Adhitya Purbaya
Semarang - Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang memperoleh teknologi konversi dari Jepang yang sebelumnya menggunahan bahan bakar dari solar saja, kini bus Trans Semarang mengkawinkan solar dengan gas. Tapi bagaimana cara kerjanya ya?

Teknologi konverter dengan sistem retrofit tersebut berasal dari Kota Toyama Jepang. Ada sejumlah komponen yang disematkan pada 72 unit BRT yang mulai hari ini bertenaga campuran antara solar dan gas dengan perbandingan 30 solar dan 70 CNG (Compressed Natural Gas).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komponen tersebut antara lain 3 tabung gas, nozel untuk mengisi gas, mixer, pengatur penggunaan solar, dan lainnya. Solar yang dikonsumsi jauh berkurang dari biasanya dengan adanya converter gas. Dua bahan bakar itu menyatu membuat efisiensi bahan bakar dan mengurangi emisi karbon yang keluar.

"Teknologinya hybrid, bukan mesin full gas tapi konverter dengan perbandingan solar dan gas 30:70," kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.

Dampaknya ke kendaraan yaitu hemat bahan bakar. Uji coba pernah dilakukan di koridor 5. Bahan bakar untuk full solar butuh 77 liter atau setara sekitar Rp 398 ribu. Kemudian dengan rute yang sama menggunakan bahan bakar gas (BBG), butuh 19,5 liter solar dan 30 lsp CNG dengan harga Rp 4.500 per lsp. Artinya penghematan bisa sekitar Rp 100 ribu per unit sehari.

Bus Rapid Transit (BRT) SemarangBus Rapid Transit (BRT) Semarang Foto: Angling Adhitya Purbaya


"Sebanyak 72 bus dari koridor 1, 5, 6, 7, dan koridor Bandara telah dipasang alat konveter BBG dan rampung pada Desember 2018," ujar Hendrar.

Kepala Badan Layanan Umum (BLU) UPTD Trans Semarang Ade Bhakti Ariawan menambahkan, untuk keamanan pengisian gas semua terjamin. Valve yang terpasang adalah valve yang aman yang hanya bekerja berdasarkan koneksi dari Electronic Control Unit (ECU). Jika tidak ada perintah dari ECU, gas tidak akan keluar dari tabung.

"Oleh karena itu tabung bahan bakar tidak akan mengalami kebocoran termasuk selang sambungan meski terlepas tidak menyebabkan kebocoran. Terkait dengan ketahanan tabung, sudah melewati tahapan tes. saat diuji coba, tabung ditembak peluru 12 mm tidak tembus. Sehingga aman digunakan pada BRT Trans Semarang" jelas Ade.



Terwujudnya Trans Semarang berbahan bakar gas tersebut merupakan hasil kerjasama dengan kota Toyama Jepang dengan Pemkot Semarang dengan anggaran sebesar 10 Miliar. Hal itu telah disetujui Kementerian Lingkungan Hidup Jepang untuk pembiayaan dibiayai 50 persen dengan skema Joint Crediting Mechanism (JCM). Sisa pembiayaan 50 persen akan ditanggung oleh APBD Kota Semarang. (alg/lth)

Hide Ads