Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi masing-masing peserta khususnya bagi perguruan tinggi yang mayoritas berada di pulau jawa seperti, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI) dan banyak lainnya.
"Berasa kayak lomba internasional, jadi usaha dan pendanaan udah kaya lomba di singapur. Cari tiket, pengiriman mobil, dan pendanaanya cukup besar," ungkap Non Technical Manajer Tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Vito Hanif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbicara mengenai lintasan, Vito sendiri mengatakan timnya perlu latihan karena lintasan yang disediakan di area Universitas Negeri Padang (UNP) lebih sempit dari biasanya.
"Kalau di UNP tikungannya lebih tajam dan lebih sempit jadi memerlukan strategi khusus."
Sama halnya dengan Tim Sapuangin dari ITS, Tim Semar Universitas Gadjah Mada (UGM) juga mengatakan sudah siap sejak jauh hari dan hanya memerlukan latihan saja untuk menghadapi lintasan ini.
"Kita pulang dari Singapura dari bulan Mei sudah persiapan. Sudah mulai disain dan manufaktur dan banyak latihan juga," kata Ketua tim Semar UGM, Wildan Chairuzzein.
Pada Kontes kali ini Tim Sapuangin ITS menurunkan 4 mobil di kategori Urban untuk masing-masing kelas gasoline, ethanol, electric, dan diesel. Sedangkan tim Semar UGM menurunkan satu mobil Urban kelas diesel dan satu mobil Prototype bertenaga listrik. (rip/dry)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?