Nggak Kapok-kapok, Bengkel Kendaraan Masih Jual Suku Cadang Palsu

Nggak Kapok-kapok, Bengkel Kendaraan Masih Jual Suku Cadang Palsu

Rizki Pratama - detikOto
Kamis, 15 Nov 2018 11:45 WIB
Foto: Rizki Pratama
Jakarta - Mungkin karena ada permintaan dari masyarakat, bengkel kendaraan tidak resmi masih rajin memasarkan produk suku cadang palsu. Pemalsuan produk merupakan masalah bagi banyak industri.

Di Indonesia sendiri, hasil survei MIAP menunjukkan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh pemalsuan produk terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005, kerugian ekonomi mencapai Rp.4,41 triliun dan angkanya meningkat tajam ditahun 2014 yang mencatatkan kerugian hingga Rp.65,1 triliun.

"Kalau terus-terusan, ya iya terjadi. Jadi sepanjang ada demand, barang atau parts palsu masih akan ada sulit kami stop. Tapi sekarang harus kita buat sadar juga yaitu konsumennya, bahwa apa sih risiko pakai kampas rem palsu, rem cakram palsu. Nah ini yang harus dibuat sadar," ujar Ketua Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP) Justisiari P. Kusumah dalam diskusi bertajuk 'Penanggulangan Peredaran Produk Palsu/Ilegal Sebagai Upaya Perlindungan Konsumen di Indonesia' di Hotel Shangri-La, Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (15/11/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Selain sosialisasi kepada konsumen, standar produk yang beredar di pasar juga perlu lebih diperketat. Salah bisnis pelumas juga merasakan dampak terhadap pemalsuan produk. Kehadiran Standar Nasional Indonesia (SNI) diharapkan bisa meningkatkan perlindungan terhadap konsumen dan produsen yang legal.

Dengan SNI ini maka merek pelumas apapun yang beredar di Indonesia harus memenuhi syarat seperti uji laboratorium serta memiliki pabrik dan memperlihatkan proses produksi.



"Persaingan di Indonesia dengan pelumas abal-abal? kalau mereka bisa memenuhi proses sertifikasi termasuk bisa kasih lihat pabrik, kasih sampel dan terbukti bagus nggak masalah, kita kompetisi. Tapi jika tidak bisa memperlihatkan pabrik, dan proses produksi tiba-tiba produknya ada di pasar itu sebenarnya mengganggu sirkulasi oli beneran seperti kita," kata Presiden Director Federal Karyatama, Patrick Adhiatmadja saat ditemui detikOto beberapa waktu lalu.


(rip/ddn)

Hide Ads