Najib berpendapat, usaha yang dilakukan untuk mempertahankan Proton tak menemui jalan keluar.
"Kami sudah memberikan pinjaman serta insentif, semuanya sudah kami lakukan. Apabila Proton ingin terus bisa berkembang mereka tak punya pilihan kecuali mencari partner strategis," ungkap Najib dikutip South China Morning Post.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kembalinya Si Penggagas Mobil Proton |
Saat kesepakatan dengan Geely terjadi, Mahathir cukup menyesalkan tindakan Najib dan sempat mengatakan telah menjual otaknya karena itu merupakan awal dari potensi penjualan yang besar.
Performa Proton memang semakin menurun. Sebagai perbandingan saja, tahun 1993 penjualan mobil di Malaysia 3/4 dikuasai Proton. Ini tentu berselisih cukup jauh dengan kondisi tahun 2016. Tahun 2016 Proton hanya berhasil menguasai 12,5 persen mobil di Negeri Jiran itu.
Penurunan cukup drastis itu salah satunya disebabkan tarif impor mobil yang mulai mengecil sejak Mahathir tak lagi menjabat sebagai Perdana Menteri.
Saat ia menjabat, tarif impor mobil cukup besar yakni 300 persen. Tentunya itu membuat para produsen mobil yang mengimpor mobilnya dari luar memiliki harga jual lebih tinggi dibandingkan mobil buatan lokal.
Kini tarif impor mobil di Malaysia tak sebesar itu lagi. Dengan begitu Proton harus juga bersaing dengan merek-merek lain. (dry/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah