Motor Listrik Yamaha Belum Bisa Dibeli, Ini Alasannya

Motor Listrik Yamaha Belum Bisa Dibeli, Ini Alasannya

Ruly Kurniawan - detikOto
Rabu, 01 Nov 2017 17:37 WIB
Motor Listrik Yamaha Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Dengan semangat mengurangi polusi udara, kini Yamaha Indonesia (Motor Manufaktur YIMM) resmi menghadirkan motor listrik ke Indonesia. Namun, motor yang sudah malang-melintang di Eropa dan Jepang tersebut, masih belum ingin dijual ke publik oleh Yamaha.

Baca: Motor Listrik Yamaha Bisa Dikendarai Sehari-hari?

Dyonisius Beti selaku Executive Vice President YIMM dalam gelaran Yamaha Electric Vehicle Market Trial mengungkapkan bahwa masih banyak pertimbangan agar motor listrik dapat menyesuaikan masyarakat Indonesia. Diantaranya ialah pada bidang keselamatan berkendara, karakteristik, dan perilaku.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita akan melihat dampaknya dulu (survei-Red). Tapi nanti untuk penjualan langsung ke customer ada tahapannya lagi. Ini sedang kita uji dulu. Karena banyak yang harus diperhatikan agar masyarakat benar-benar aman dan nyaman memakai motor listrik," kata Dyonisius kepada wartawan dalam kesempatan yang sama di Jakarta, Rabu (1/11/2017).

"Kita lihat konsumen Indonesia sudah siap atau tidak untuk memakai motor listrik karena cukup berbeda (dari yang konvensional-Red). Misalkan dari kekuatannya. Ini kan (motor listrik Yamaha) belum kencang ya, sedangkan mereka inginnya motor itu ngebut," lanjutnya.

Baca: Ini Kata Kemenperin Soal Motor Listrik Yamaha

Tapi, kata Dyonisius lagi, kalau motor listrik dibuat kencang maka tingkat kecelakaan kendaraan bisa menjadi lebih tinggi. Karena, motor tersebut tak lagi bersuara seperti kendaraan roda dua pada umumnya.

"Safety itu yang sedang kita uji. Karena karakteristik dan perilaku berkendara di Indonesia cukup berbeda dari Jepang maupun Taiwan. Sehingga tak bisa kita langsung jual secara umum begitu saja," ujar Dyonisius.

Selain itu, jarak tempuh dan proses pengisian ulang pun tak kalah penting untuk diperhatikan oleh timnya. Dengan sifat yang terbiasa meninggalkan barang ketika melakukan charging, maka kemungkinan baterai akan over charging masih ada dan hal tersebut sangat berbahaya.

"Kalau over charging dan stop breakernya tak berkerja, rumah bisa kebakar. Belum lagi limbahnya (batrai yang sudah rusak dan tak terpakai-Red)," papar Dyonisius.

"Makanya untuk sekarang kita tidak langsung menjual ke masyarakat umum tapi ke lingkungan terbatas dahulu. Dari sana di lihat bagaimana perkembangannya," tutupnya (lth/ddn)

Hide Ads