Setidaknya ada lima model yang telah dirakit di Tanah Air. Dan yang paling gres adalah Mercedes Benz S-Class 400 SL.
"Kami berharap ke depan semakin banyak model yang dirakit di sini. Kami memiliki komitmen yang tinggi kepada pasar Indonesia," tutur Presiden dan CEO PT Mercedes Benz Indonesia Claus Weidner, saat ditemui di arena IIMS 2014, JIEXPO< Kemayoran, Jakarta, Jumat (19/09/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana Anda melihat pasar mobil premium di Indonesia?
Ya. Kalau melihat data yang disodorkan oleh Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), pasar mobil di Indonesia terus bertumbuh. Namun, pertumbuhan yang bagus itu bukan dicatatkan oleh mobil-mobil kelas premium. Tetapi oleh mobil sgmen menengah bawah.
Terlebih, beberapa waktu lalu, sejumlah agen pemegang merek meluncurkan low cost green car. Jadi pertumbuhan penjualan di segmen ini juga naik.
Sebaliknya segmen premium. Mobil kinerja pasar mobil segmen ini tidak mengalami pertumbuhan yang cukup berarti.
Apa penyebab tidak bertumbuhnya segmen ini?
Ada beberapa faktor. Yang pasti nilai tukar rupiah terhadap dolar maupun euro yang terus melemah. Ini sangat berpengaruh, sebab umumnya mobil-mobil ini diimpor secara utuh. Atau komponen-kompnennya diimpor.
Hal lain yang juga menjadi penyebab adalah, faktor social dan politik, antara lain perhelatan pemilihan umum (legislatif dan presiden) juga cukup mengerem penjualan mobil-mobil segmen ini.
Begitu pun dengan kebijakan perpajakan. Misalnya Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Kendaraan Bermotor.
Bagaimana dengan Mercedes sendiri, apakah juga stagnan?
Oh kami masih bertumbuh, meskipun relatif kecil.
Mercedes terkenal dengan produk-produknya yang memiliki teknologi efisiensi bahan bakar dan ramah lingkungan. Bagaimana sejatinya minat konsumen Indonesia terhadap produk itu?
Soal terminologi produk efisien bahan bakar dan ramah lingkungan kaitannya dengan minat konsumen, harus dilihat dari sisi regulasi pemerintah. Mengapa begitu? Karena ini sangat terkait.
Sebab, sejatinya, banyak sekali masyarakat yang meminati mobil-mobil premium produk kami dengan teknologi seperti itu. Hanya saja, regulasi pemerintah kurang mendukung.
Misalnya soal bahan bakar. Bahan bakar di Indonesia masih berstandar Euro 2. Sementara, bahan bakar produk kami banyak yang berstandar Euro 6. Akibatnya, banyak sekali model-model kami yang berteknologi efisensi bahan bakar yang sangat tinggi dan emisi gas buagnya sangat ramah lingkungan, tidak bisa dibawa kemari.
Kalau dipaksakan, mobil-mobil itu akan rusak. Ini termasuk regulasi pemerintah, karena apa? Dulu di akhir 70-an, kondisi Eropa masih seperti di Indonesia , polusi sangat tinggi. Tetapi kemudian pemerintah negara-negara di wilayah itu memaksa melalui regulasi agar kendaraan bermotor memenuhi standar emisi gas buang teetentu dan menggunakan bahan bakar yang berstandar Euro. Akhirnya, produsen maupun masyarakat pun menyesuaikan.
Begitu pun dengan soal pajak kendaraan yang berkaitan dengan insentif bagi kendaraan efisien bahan bakar dan ramah lingkungan. Masih rancu.
Maksudnya?
Ya, seperti yang kita ketahui bersama, yang dimaksud kendaraan efisien bahan bakar untuk mendapatkan insentif pajak itu ukurannya apa? Apakah kapasitas mesin dengan kubikasi yang kecil atau tingkat efisiensinya.
Mengapa saya bertanya seperti itu? Karena saat ini dengan teknologi canggih banyak mobil dengan mesin berkapasitas besar, ternyata lebih efisien. Lebih irit bahan bakar.
Kalau di negara-negara lain, kebijakan dengan pendekatan teknologi yang menghasilkan output lebih efisien bahan bakar dan ramah lingkungan, itu yang dipakai untuk member insentif. Tetapi, itu belum terjadi di Indonesia.
Begitu pula dengan kategorisasi pajak. Kalau kita lihat pajak (mobil varian) MPV dan sedan itu lebih tinggi ketimbang (varian) SUV. Lha terus apa pertimbangannnya? Kan bisa saja SUV lebih tidak efisien. Saat ini, kalau bicara kenyamanan, bisa saja semuanya nyaman.
Tapi bagaimana dengan kesadaran dan minat masyarakat Indonesia untuk menggunakan mobil berteknologi seperti itu?
Sekali lagi, saya katakan, sebenarnya mereka sangat berminat. Misalnya mobil berteknologi hybrid. Mercedes pun sejatinya juga ingin membawa dan memasarkan di Indonesia.
Hanya saja, bagaimana dengan infrastrukturnya. Tidak usah jauh-jauh, di Thailand saja, sudah banyak dibangun infrastruktur untuk pengisian listrik baterai mobil hybrid, dan sebagainya.
Tetapi kalau di sini kan belum. Sehingga, mereka yang berminat juga berpikir ulang.
Anda tadi menyebut pasar mobil segmen premium saat ini tidak bertumbuh signifikan. Sementara, ada lembaga investasi yang menyebut, saat ini, pertambahan orang kaya dan sangat kaya atau kelas menengah sebanyak 50 juta orang di Indonesia. Apakah itu tidak ada pengaruhnya?
Iya. Memang ada informasi seperti itu. Tetapi, persoalannya, harus dilihat secara cermat. Seberapa banyak sebenarnya yang benar-benar kaya, super kaya, atau hanya meningkat saja menjadi kelas menengah baru.
Sehingga, dari piramida itu, bisa dilihat seberapa banyak yang benar-benar pembeli potensial mobil premium. Saya kira strukturnya dari yang kelas menengah, kaya, dan super kaya seperti piramida.
Kalau begitu, penjualan Mercedes yang masih tumbuh, itu dikarenakan oleh pembelian dari existing customer atau pembeli benar-benar baru?
Itu gabungan antara keduanya. Banyak sekali para loyalis brand Mercedes yang secara emosional dekat dengan produk kami. Tetapi, generasi-generasi kan terus berganti.
Nah, pada saat itu, muncul generasi muda yang juga memiliki minat tinggi kepada produk Mercedes. Pada sisi lain, kami juga membaca dan merespons minat yang besar seperti itu. Kami menyediakan produk untuk mereka.
Apa saja produk itu?
Produk itu adalah model-model yang sesuai dengan selera maupun kemampuan mereka. Kalau saat ini banyak pengusaha-pengusaha muda yang sukses, maka kami tawarkan model A-Class atau B-Class.
Kemudian juga model coupe empat pintu. Atau GL Class. Semua model-model itu rata-rata berbanderol Rp 500 β 800 juta.
Jadi menggunakan pricing strategy?
Iya. Tapi bukan asal strategi harga yang umum saja. Sebab, bagi kami tujuan utama bukanlah mengejar volume sebanyak-banyaknya. Tetapi kami ingin memberikan value yang lebih.
Itu akan jauh lebih berarti. Misalnya, dalam setiap produk itu kami berikan fitur-fitur terkini yang sangat fungsional baik dalam kenyamanan maupun keamanan, sekaligus stylish.
Diantara fitur itu adalah parking assist, dimana untuk parker, pengemudi tanpa harus memegang kemudi. Kemudian ada teknologi untuk mencegah tabrakan karena ada fungsi pengereman mendadak yang tetap aman.
Bicara soal penjualan, model apa yang paling banyak terjual?
Kami tidak bisa mengatakan dengan pasti model apa itu. Sebab, bisa saja berganti-ganti sesuai dengan selera dan eranya.
Sebab, generasi konsumen pun berganti, sehingga kalau generasi sekarang menyukai model tertentu. Pada waktu berikutnya, generasi yang ada juga menyukai model yang sama.
Terlebih setiap model juga memiliki lifecycle yang berbeda. Tetapi soal lifecycle itu berpengaruh terhadap model yang disukai.
Anda kemarin meluncurkan S-Class 400 SL yang dirakit di Indonesia. Sebenarnya sudah berapa model yang dirakit di Indonesia? Akankah perakitan itu akan semakin banyak dilakukan di Indonesia?
Hingga saat ini kami sudah merakit lima model. Dan S-Class 400 SL merupakan model kami yang mendapatkan banyak apresiasi. Kemarin misalnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat berkunjung ke booth kami, sangat terpesona dengan S-Class 400 SL itu. Dia kagum dengan tampilan dan fitur yang ada di dalam mobil itu. Dia sangat mengapresiasi.
Tentu, ke depan kami ingin merakit lebih banyak lagi model di sini. Sehingga dukungan kebijakan dari pemerintah kami harapkan.
Bagaimana dengan kandungan lokal dari mobil Mercedes? Terutama yang dirakit di sini?
Jujur saja, masih sangat kecil. Bukan berarti kami tidak ingin menambah kandungan lokal itu. Tetapi, kami juga memperhatikan keinginan dan harapan konsumen.
Umumnya mereka justeru berharap konten asli dari pusat kami (di Jerman) tidak berkurang mereka suka dengan yang sama dengan yang ada di negara-negara lain.
Jadi, kalau pun ada penambahan konten lokal , para supplier komponen lokal itu kami minta untuk memenuhi standar yang ditetapkanperusahaan kami. Ini untuk menjaga kualitas dan sama-sama saling menguntungkan.
Bagaimana Mercedes melihat Indonesia. Akankah sekadar pasar saja?
Oh tidak, bukan sekadar pasar. Indonesia bersama-sama dengan negara-negara merging market, kini telah menjadi perhatian serius Mercedes. Produkkami dipasarkan di lebih dari 120 negara, dan negara-negara Eropa yang utama tentunya.
Tetapi sejak beberapa waktu lalu, negara-negara lain juga menjadi perhatian kami. Termasuk Asia Tenggara, terutama salah satunya Indonesia.
(arf/ddn)












































Komentar Terbanyak
Di Indonesia Harga Mobil Terkesan Mahal, Padahal Pajaknya Aja 40%!
Tanggapan TransJakarta soal Emak-emak Ngamuk Nggak Dikasih Duduk
Biaya Perpanjang SIM Mati tanpa Bikin Baru