Menko Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengisahkan perjalanan panjang pemerintah saat merumuskan subsidi kendaraan listrik di Indonesia. Menurut dia, selama prosesnya, ada perdebatan sengit hingga perang urat syaraf.
Luhut mengaku, sejak awal memang ngotot ingin membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Itulah mengapa, pihaknya berusaha keras mendorong pemberian subsidi untuk pembelian mobil-motor elektrik.
"Electric vehicle (EV) itu saya dorong habis-habisan. Saya kadang berkelahi dengan Kemenkeu. Mereka bilang, 'wah ini insentif'. Ini kan carbon emission harus kita dorong, kasih insentif juga. Kita harus secepat mungkin membuang bus, sepeda motor, sama mobil yang karbon emisinya tinggi," ujar Luhut melalui keterangan resminya.
Menurut Luhut, pemberian subsidi kendaraan listrik sudah diterapkan negara lain, termasuk para tetangga seperti Thailand dan Vietnam. Maka, agar tak tertinggal, Indonesia harus melakukan langkah serupa.
"Kalau Vietnam dan Thailand bisa kasih (insentif kendaraan listrik), masa kita tidak bisa? Kalau insentif tidak bagus sama saja kita bunuh diri sendiri," tegasnya.
Dia lantas membalas komentar miring yang menuding subsidi kendaraan listrik tidak tepat dan bukan menjadi solusi masalah lingkungan. Menurutnya, insentif kendaraan listrik telah melalui studi panjang dan matang.
"Mengenai mobil listrik sudah ada studi komprehensif. Saya kira seluruh dunia, bukan hanya kita. Jadi jangan kita lawan arus dunia juga. Siapa yang berkomentar saya tidak tahu, suruh dia datang ke saya biar saya jelaskan bahwa itu tidak benar omongannya," ungkapnya.
Anies Baswedan Kritik Subsidi Mobil Listrik
Sebelumnya, Anies Baswedan secara terbuka mengkritik pemberian subsidi mobil listrik yang digagas pemerintah pusat. Menurut dia, kebijakan tersebut tak menuntaskan masalah polusi udara dan hanya akan menambah macet jalan raya.
"Soal polusi udara, solusinya bukanlah terletak di dalam subsidi untuk mobil listrik. Pemilik-pemilik mobil listrik adalah mereka yang tidak membutuhkan subsidi," terang Anies.
Anies menjelaskan, emisi karbon yang dihasilkan mobil listrik sebenarnya lebih tinggi dari bus berbahan bakar minyak. Hitung-hitungan tersebut merupakan hasil akumulasi dari jumlah penumpang yang bisa diangkut kendaraan.
"Kenapa itu bisa terjadi? Karena bis memuat orang banyak sementara mobil memuat orang sedikit," tegasnya.
"Pengalaman kami di Jakarta, kendaraan pribadi berbasis listrik, dia tidak akan menggantikan mobil yang ada di garasinya. Dia justru akan menambah jumlah mobil di jalanan, menambah kemacetan di jalanan," kata Anies menambahkan.
Simak Video "Video Luhut: Saya Saksi Hidup, Jokowi Tak Langgar Konstitusi Selama Jabat Presiden"
(sfn/rgr)