Harley-Davidson lekat dengan lambang kesuksesan. Jadi barang mewah, dipandang sebagai simbol status sosial. Indro Warkop, dedengkot kumpulan pengguna Harley-Davidson di Indonesia mengungkapkan motor pabrikan Amerika Serikat ini dulunya bukan barang mewah.
Pria dengan nama lengkap Indrodjojo Kusumonegoro menceritakan saat masih aktif memegang setang Harley-Davidson sejak SMA. Dirinya bilang Harley bahkan menyasar segmen menengah ke bawah.
"Mohon maaf, kalau sekarang Harley Davidson milik menengah ke atas. Bahkan saya aja sekarang nggak kuat beli motor sekarang ini. Kalau zaman dulu saya kan menengah ke bawah, " ujar Indro saat berbincang di program drooftalk, Rabu (5/11) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data yang dihimpun detikOto, Harley-Davidson pertama kali datang ke Indonesia pada era penjajahan Belanda. Diperkirakan pada tahun 1920-an.
Saat itu jenis motor Harley yang digunakan adalah WLA Army. Saat Perang Dunia ke-2 berkecamuk dan Belanda menyerah ke Jepang, semua inventaris milik pemerintah dan perusahaan Belanda dirampas tentara Jepang, termasuk motor Harley.
Kepemilikan berpindah dari tangan tentara Jepang ke tangan perusahaan milik pemerintah dan tentara Indonesia, ketika Jepang menyerah kepada sekutu dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945. Motor-motor tersebut banyak digunakan sebagai kendaraan operasional di perkebunan bekas milik Belanda yang sudah dikuasai oleh Indonesia.
Nah, di awal-awal kedatangan Harley, motor-motor pemerintah itu kemudian didum alias beralih menjadi kendaraan sipil. Pun menurut Indro, sikap pengendara maupun dari segi komunitas juga berbeda.
"Kalau dulu dikenalnya motor dum."
"Intinya tunduk pada hirarki yang mimpin, saya dulu dikenal memang saya paling muda, tapi saya lumayan disegenin, oleh karena itu saya banyak sekali memimpin konvoi, kalau dulu anak Harley dipakai buat pawai, itu harus selalu ada penanggungjawabnya, saya kebetulan selalu ada di situ, dan selalu ter-manage," kenang salah satu pendiri Harley-Davidson Club Indonesia (HDCI), klub yang kini punya lebih dari 3.000 anggota ini.
Bahkan penunggang motor gede di masanya aktif membantu kepolisian. Salah satunya menjadi relawan pengatur lalu lintas.
"Saya dekat dengan kepolisian waktu itu, itulah pertama kali saya ajak satu kompi sekitar 150 orang masuk menjadi Supeltas, setidak-tidaknya anak Harley waktu itu mengerti aturan lalu lintas. Jadi ada kedekatan, dan kita selalu dipakai operasi misalnya lilin, lebaran sebagai supeltas, kebetulan supeltasnya dari kelompok otomotif," urai Indro.
(riar/rgr)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!