Kenalkan Subandi, Difabel Penguji Praktik SIM Polres Trenggalek

Kenalkan Subandi, Difabel Penguji Praktik SIM Polres Trenggalek

Adhar Muttaqin - detikOto
Senin, 06 Nov 2017 10:16 WIB
Kenalkan Subandi, Difabel Penguji Praktik SIM Polres Trenggalek
Foto: Adhar Muttaqin
Trenggalek - Ujian praktik SIM di Satuan Lalu Lintas Polres Trenggalek sekilas tampak biasa. Namun jika dicermati ada hal yang unik dan jarang ditemui di tempat lain. Salah satu satu petugas merupakan seorang difabel yang tidak memiliki tangan secara sempurna.

Kedua tangan Subandi, pegawai lepas harian (PHL) satlantas ini mengalami cacat sejak lahir. Hanya sebatas lengan bagan atas yang dimiliki dan digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Termasuk menjalankan tugasnya sebagai salah satu petugas ujian praktik SIM.

"Di sini saya bertugas untuk memperagakan bagaimana cara melakukan ujian praktik dengan melewati berbagai rintangan. Mulai dari tikungan tajam, angka 8 hingga rintangan zig-zag," kata Subandi kepada detikcom di mapolres Jalan Brigjen Soetran, Senin (6/11/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap pagi, setelah para pemohon SIM berkumpul dan mendapatkan pengarahan dari penguji tentang apa yang harus dilakukan dalam ujian praktik, Subandi-lah yang bertugas pertama kali mencoba lintasan ujian.

Pria berusia 38 tahun itu dengan lincah mengendarai sepeda motor jenis bebek dan melibas semua rintangan yang ada, tanpa sedikitpun menyentuh pembatas yang ada di dalam lintasan. Selain menjadi trainer, Subandi juga membantu tim penguji untuk mengawasi jalannya ujian praktik yang dilakukan oleh para pemohon.

Pria kelahiran 1979 ini bercerita, sebelum diperbantukan di tempat ujian praktik, ia hanya bertugas sebagai tukang bersih-bersih di Satuan Lalu Lintas. Berselang beberapa tahun kemudian, berkat kemahirannya dalam berkendara sepeda motor, Subandi dipindah ke bagian ujian praktik SIM C.

 Subandi, Difabel Petugas Uji Praktik SIM Subandi, Difabel Petugas Uji Praktik SIM Foto: Adhar Muttaqin


"Saya gabung di satlantas sudah hampir 4 tahun ini. Saat pertama itu saya diuji juga oleh petugas, karena untuk ujian ini butuh konsentrasi dan ketenangan, saya sempat grogi dan gagal juga, tapi setelah beberapa kali akhirnya bisa," imbuhnya.

Dikatakan Subandi, dia mulai bisa mengendarai sepeda motor sejak lulus dari bangku SMA. Untuk bisa mahir berkendara di tengah keterbatasan fisik yang dimiliki membutuhkan proses waktu tersendiri.

"Dulu itu meskipun sudah bisa tapi tidak berani di jalan raya, tapi setelah benar-benar mahir akhirnya berani dan bisa digunakan untuk menunjang aktifitas saya," ujarnya.

Subandi mengaku, sebelum bekerja di Polres Trenggalek, dia sempat menjadi sales berbagai jenis produk, mulai dari onderdil kendaraan hingga peralatan pembersih kendaraan.

Subandi, Difabel Petugas Uji Praktik SIMSubandi, Difabel Petugas Uji Praktik SIM Foto: Adhar Muttaqin



"Alhamdulillah kala itu lancar juga, saya tidak pikirkan apakah itu karena mereka kasihan atau memang butuh, yang penting saya berusaha dan ada hasilnya," katanya.

Dan ternyata, selain mahir mengendarai sepeda motor, pria berusia 38 tahun itu juga lihai mengemudi mobil. Dengan cekatan, kedua lengan Subandi yang tidak sempurna itu memutar kemudi mobil. Proses pemindahan tuas gigi persneling juga dilakukan dengan cepat.

Kali ini dia mempraktikkan cara melibas seluruh rintangan dalam ujian praktik mengemudi, sebagai salah satu syarat utama untuk mendapatkan SIM A.

"Mulai dari jalan maju secara zig-zag sesuai dengan pembatas jalan, kemudian mundur zig-zag juga, serta parkir paralel dan yang lain," kata Subandi.

Subandi mahir bawa mobilSubandi mahir bawa mobil Foto: Adhar Muttaqin



Saat mencontohkan ujian praktik tersebut, Subandi mampu melintasi seluruh jalur dengan mudah tanpa menyentuh pembatas yang terpasang.

Menurutnya, mengendarai mobil dengan keterbatasan fisik yang dimiliki tidaklah mudah, karena harus sedikit membungkuk untuk menyesuaikan dengan jangkauan tangan. Namun karena sudah terbiasa ia bisa melakukan dengan baik.

"Saya bisa mengemudi mobil lama kok, intinya semuanya itu butuh proses, apapun kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti bisa," tambah pria yang tinggal di Desa Puru, Kecamatan Suruh.

Pihaknya berharap para pemohon SIM memiliki semangat dan tidak takut mengikuti seluruh tahapan ujian yang dipersyaratkan. Jika pun gagal pihaknya masih memberikan kesempatan untuk mengulangi tes tersebut.

"Di Polres Trenggalek ini pemohon SIM juga bisa latihan sepuasnya pada sore hari mulai dari jam empat sampai lima. Silakan kalau mau belajar," kata Subandi.

(fat/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads