Review Honda EM1 e: buat Motor Harian, Simak Plus Minusnya

Review Honda EM1 e: buat Motor Harian, Simak Plus Minusnya

Ridwan Arifin - detikOto
Senin, 08 Jan 2024 14:46 WIB
Honda EM1 e: dan Honda EM1 e: Plus
Review Honda EM1. e: Foto: Ridwan Arifin
Jakarta -

Honda EM1 e: memberi warna baru dunia motor listrik di Indonesia. Sebagai raksasa otomotif yang berpengalaman membuat sepeda motor di Tanah Air, kehadiran Honda EM1 e: menarik untuk diulas. Lantas seberapa menyenangkan motor ini dipakai harian? berikut review Honda EM1 e: saat dipakai harian.

Redaksi detikOto mendapatkan unit tes Honda EM1 e: Plus dari PT Astra Honda Motor, perbedaan varian ini hanya terdapat rear rack pada bagian belakang dibandingkan varian standar.

Penasaran dengan motor listrik compact itu, kami menjajal motor listrik itu dari indikator baterai penuh alias 100 persen hingga benar-benar habis, sampai motor tidak bisa dijalankan lagi. Selain itu, kami juga menjajal motor ini untuk dipakai harian Jakarta-Depok pulang pergi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Impresi handling, akselerasi, dan posisi berkendara Honda EM1 e: Plus buat harian

Test ride Honda EM1 e:Test ride Honda EM1 e:. Foto: Dok. PT Astra Honda Motor

Saya memiliki tinggi badan 168 cm, saat duduk di atas jok Honda EM1 e: konturnya cukup empuk. Tapi posisi kaki, cukup berbeda dengan Honda BeAT yang didesain sebagai motor komuter harian.

ADVERTISEMENT

Honda EM1 e: punya ground clearance yang ramah untuk tinggi rata-rata orang Indonesia. Kaki sangat mudah menapak tanah.

Namun posisi kaki, terutama area paha ke bawah jaraknya pendek. Mengendarai motor ini untuk waktu yang sebentar rasanya tidak masalah, tapi untuk komuter jauh, rasanya posisi berkendara Honda EM1 e: kurang pas.

Pada area ruang kaki memiliki pijakan yang luas dan datar. Setelah dicoba dengan ukuran sepatu 43 masih tersisa banyak. Kondisi ini cocok untuk membawa barang.

Ketika naik di atasnya motor ini terasa ringan. Bobot Honda EM1 e: hanya 94 kilogram, secara lembar spesifikasi lebih berat dari Honda BeAT. Namun ketika menjajalnya di area test ride, handling Honda EM1 e: terasa lebih enteng daripada Honda BeAT. Walhasil pengendalian motor ini sangat mudah dan manuvernya lincah!

Dengan bobot yang ringan dan ukuran yang compact, Honda EM1 e: dapat diandalkan untuk melibas kemacetan.

Motor listrik yang pelan, hati-hati saat dipakai nyalip

Honda EM1 e: sepertinya didesain untuk komuter jarak dekat. Motor ini diklaim punya power maksimal 2,3 hp (1,7 kW) di 540 rpm. Jauh dibanding Honda BeAT yang mencapai 9 hp.

Terdapat dua mode yang ditawarkan yakni Econ dan Standar. Impresi pertama ketika mencoba motor ini bukan torsi instan yang ditawarkan. Distribusi tenaganya halus, tidak nyentak seperti motor listrik murah. Akselerasi ini akan terasa ramah bagi yang belum pernah menjajal motor listrik.

Lanjut menggunakan mode Econ. Distribusi tenaganya melambat jika dibanding memakai mode standar. Bisa dibilang ini mode hemat, fungsinya untuk memperpanjang jarak tempuh Honda EM1 e: tapi akselerasinya berkurang. Saat memakai mode ini, bisa mencapai top speed 28 km/jam.

Menguji klaim jarak tempuh Honda EM1 e: Plus

Redaksi detikOto membawa motor etape pertama dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan, lalu dipakai berkeliling Depok, Jawa Barat sampai baterai benar-benar habis.

Sekadar informasi, saya yang menjadi penguji motor ini punya 78 kilogram ditambah membawa Honda Power Pack Charger e: dan baterai cadangan yang beratnya mencapai 15 kg. Jadi bobot yang dibawa motor listrik itu 93 kilogram, sedangkan klaim Honda bisa memuat bobot yang bisa diangkut 170 kg - 180 kg.

Honda menyebut dengan mode standar bisa mencapai jarak 41,1 kilometer. Angka penggunaan motor listrik itu didapat berdasarkan pengetesan World Motorcycle Test Cycle atau WMTC. Tetapi bisa saja berbeda dengan penggunaan yang sebenarnya.

Saya memulai perjalanan dari Lebak Bulus dengan kondisi indikator baterai 100 persen. Setelah berjalan 10,3 kilometer, kondisi baterai turun menjadi 76 persen.

Honda punya dua mode berkendara, yakni ECON dan Standar. Tapi kami memilih mode standar karena distribusi tenaga dan akselerasinya lebih oke dari ECON. Saat menggunakan mode standar, top speed dalam layar multi informasi display (MID) mencapai 48 km/jam.

Tetapi kami menggunakan alat navigasi yang berbasis di Global Positioning System (GPS), top speed Honda EM1 e: sesuai klaim Honda, yakni hanya 45 km/jam.

Perjalanan lanjut sampai di Tugu Kota Depok, sebagai perbatasan dengan Jakarta Selatan. Jarak tempuh sudah mencapai 19,8 km sedangkan indikator baterai sudah sampai 51 persen. Tim detikOto terus gaspol motor listrik tersebut, sisa baterainya tinggal 10 persen saat sudah menempuh jarak 31,3 km. Artinya untuk sampai di angka klaim Honda, masih ada 9,8 km lagi yang harus ditempuh.

Dengan baterai yang tersisa, terbesit rasa khawatir apakah motor listrik Honda ini bisa mencapai 41,1 km.

Saat indikator sudah di bawah 8 persen muncul logo kura-kura di samping kiri atas pada layar MID. Kecepatan motor semakin lambat, top speed-nya dibatasi jadi sekitar 37 km/jam saja. Padahal sedang menggunakan mode standar, bukan ECON.

Indikator baterai sudah nol persen saat mencapai jarak 37 kilometer. Ternyata motor listrik itu masih sanggup berjalan. Top speed-nya hanya 37 km/jam.

Kecepatan motor melambat ketika sudah mencapai jarak tempuh 41,1 km, muncul logo peringatan hingga indikator baterai. Motor sudah tidak bisa dijalankan lagi. Itu artinya motor ini sesuai dengan klaim Honda, sedangkan pemakaian baterai saat mencapai indikator nol persen itu masih bisa dipakai sejauh 4,1 km.

Honda EM1 e: menggunakan baterai lithium ion dengan kapasitas 29,4 Ah/1.494 Wh. Beratnya mencapai 10,2 kilogram. Untuk pengisian ulang dari titik nol hingga 100 persen memakan waktu 6 jam.

Baterai dengan jarak tempuh yang pendek dan charger yang dijual terpisah

Tim detikOto menggunakan EM1 e: sebagai motor komuter harian untuk aktivitas dari Tendean-Depok pulang pergi. Untuk jarak tempuhnya memang kurang memadai.

Kebetulan Honda memberikan baterai cadangan, yang sayangnya tidak ada slot tambahan. Cukup merepotkan jika harus membawa motor ini dengan jarak lebih dari 41,1 km. Apalagi persebaran dealer Honda e:Shop dengan sistem swap belum begitu banyak.

Selain itu charger yang dijual Honda juga terpisah, walhasil bagi yang ingin mengisi daya ulang di rumah harus menambah biaya tambahan sekitar Rp 5 juta sampai 6 juta.

Harga Honda EM1 e: buat motor harian setara PCX 160

Harga Honda EM1 e: tanpa subsidi bisa tembus Rp 40 juta. Itu belum termasuk pembelian charger off board yang dijual sekitar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta. Setelah terpotong subsidi harganya menjadi Rp 33 juta. Harganya setara dengan PCX 160 tipe termurah yang dijual Rp 32.670.000.

(halaman selanjutnya: biaya cas baterai, kelebihan, dan kekurangan Honda EM1 e:)

Biaya isi ulang Honda EM1 e:, hemat jauh dari motor BBM

Berdasarkan pengetesan kami dengan alat Volt Meter, baterai Honda EM1 e: itu dicas dari titik nol persen hingga 100 persen bisa mencapai 1,391 kWh, pengecasan memakan waktu 5 jam 36 menit.

Lantas berapa biaya pengecasannya?

Setelah mendapatkan data per kWh, selanjutnya tinggal mengalikan nilai tersebut dengan biaya pemakaian per kWh listrik dari PLN. Misalnya, kamu adalah pelanggan listrik PLN dengan daya 1.300 VA. Biaya pemakaian per kWh yang perlu kamu bayarkan adalah sebesar Rp1.444,70 per kWh.

Untuk sekali pengecasan baterai motor listrik sampai penuh, kamu hanya perlu mengeluarkan biaya 1,391 kWh dikali Rp 1.444,70, maka hasilnya Rp 2.009,7. Jadi, dalam sebulan jika jarak tempuh per harinya hanya 41,1 kilometer kamu akan memperoleh tambahan biaya pemakaian listrik sebesar 30 x Rp 2.009,7, yakni Rp 60.291.

Motor listrik ini ternyata juga bisa dicas di rumah dengan daya minimal 900 VA. Kini, besaran tarif listrik 900 VA. Berdasarkan alat volt meter, daya yang digunakan sekitar 176,9 VA.

Honda EM1 e:Ngecas Honda EM1 e:. Foto: Ridwan Arifin

Seperti diketahui 900 VA terbagi menjadi dua, yakni yang bersubsidi sebesar Rp 605 per kWh atau rumah tangga mampu (RTM) Rp 1.352 per kWh.

Sehingga bila kamu mengecas motor listrik selama 5 jam 6 menit, 1,391 kWh maka tarif listrik yang akan dikenakan untuk daya listrik rumah 900 VA adalah Rp 841,555 (listrik subsidi) dan Rp 1.880,6.


Kelebihan:

  • Motor listrik yang nyaman, distribusi tenaga tidak nyentak, ramah untuk pemula yang ingin beralih ke motor listrik
  • Ada dua opsi pengisian: charger off board dan swap
  • Dengan turun gunungnya merek ternama seperti Honda ini disinyalir mempercepat ekosistem motor listrik. Salah satu kelebihan membeli EM1 e: ialah pelayanan purna jual PT AHM yang telah memiliki jaringan kuat hingga ke pelosok daerah. Apalagi merek Honda telah memiliki posisi kuat di pasar tanah air. Titik swap mungkin saja lebih mudah ditemukan.
  • Honda EM1 e: menggunakan baterai MPP e: yang dapat detachable atau lepas pasang. Posisi baterai berada di bawah jok, daya kuncinya solid
  • Opsi baru bagi kalian yang komuter jarak pendek, dan menghemat biaya anggaran harian

Kekurangan:

  • Jarak tempuhnya cuma 41,1 km
  • Top speed cuma 48 km/jam (dalam layar MID), saat ingin menyalip di jalan raya membuat kurang pede
  • Inner rack kurang luas
  • Dengan harga Rp 33 juta atau setara PCX160 masih menggunakan kunci konvensional
  • Charger yang harganya Rp 5 juta - 6 juta dijual terpisah, walhasil membuat harga motor ini bisa melambung jika menggunakan opsi pengisian charger di rumah hingga nyaris Rp 40 juta

Hide Ads