Melihat kemunculan mobil listrik dengan embel-embel ramah lingkungan dan tidak ada emisi, menurut kami sangat menarik. Apalagi, mobil listrik ini dianggap jauh lebih irit dibanding mobil berbahan bakar fosil. Apa iya?
Kami menguji salah satu mobil listrik bergaya cross over, yaitu Hyundai Kona Electric 2021. Mobil ini kami jajal sebagai kendaraan harian selama kurang lebih satu pekan. Namun kami coba merangkum beberapa data yang kami dapatkan, supaya lebih mudah dalam menghitung efisiensinya.
![]() |
Salah satu rute yang menarik untuk kami hitung adalah rute yang paling sering dilalui oleh para pekerja, yaitu rumah ke kantor dan kantor ke rumah.
Kami mencoba menggunakan mobil listrik ini untuk rute tersebut. Perjalanan kami dari rumah ke kantor dan kantor ke rumah ternyata melalui total 56 km jauhnya. Total kami berkendara selama 3 jam 8 menit dan total kami menghabiskan 18 persen baterai dari 100 persen.
Ada perbedaan, ketika rute berangkat atau dari rumah ke kantor, layar instrumen kluster menunjukkan rata-rata konsumsi listrik yang kami pakai ada di angka 9.0 km/kWh. Sedangkan untuk perjalanan pulang, kami tercatat berkendara lebih boros dan rata-rata menggunakan listrik 7.5 km/kWh.
Namun pengetesan ini kami lakukan dengan mempraktekkan tipikal berkendara harian orang-orang. Bukan dengan metode berkendara ekonomis ataupun terlalu menguji performa. Sesekali kami menggunakan mode sport dan menginjak pedal gas lebih dalam dari Hyundai Kona Electric 2021 ini. Kami juga berhenti untuk mengisi uang elektronik dan sempat membawa mobil ini masuk tempat pemesanan makanan drive-thru.
Kalau kita merujuk pada klaim Hyundai yang menyatakan bahwa kapasitas baterai Kona Electric ini adalah 39.2 kWh, berarti angka tersebut merupakan angka yang sama dengan kondisi baterai 100 persen.
Untuk satu hari, kami menghabiskan baterai 18 persen dalam 56 km perjalanan. Berarti 18 persen dari 100 persen atau 18 persen dari 39.2 kWh adalah 7.056 kWh per 56 km perjalanan harian yang kami lakukan.
Mari kita anggap sehari, kami membutuhkan 7-8 kWh. Maka jika dikalkulasikan ke biaya pengeluaran, saat ini tarif listrik resmi yang dikeluarkan oleh PLN untuk golongan R1 hingga R3 adalah di angka Rp1.444 per kWh. Artinya kami membutuhkan biaya sekitar Rp 10.108 hingga Rp 11.552 untuk berkendara satu hari dengan jarak tempuh sekitar 56 km jauhnya.
Hasil ini cukup fantastis mengingat besaran jumlah yang harus dibayar sangat kecil dibanding jarak tempuh yang dapat dilalui. Kami menghitung, kurang-lebih iritnya mobil listrik ini sekitar tiga sampai empat kali lipat dari mobil berbahan bakar fosil.
Bandingkan dengan mobil bensin. Kita anggap rata-rata mobil besin secara konsumsi bbm dapat di angka 10km/Liter. Maka untuk melalui rute perjalanan 56 km, mobil bensin akan membutuhkan sekitar 5 sampai 6 liter.
Berarti, jika mobil bensin tersebut menggunakan bensin non subsidi yang dibanderol Rp 9.200. Maka untuk satu perjalanan yang sama jauhnya dengan mobil listrik, mobil bensin membutuhkan biaya sekitar Rp 46.000 hingga Rp 55.200.
Baca juga: Waduh! Mobil Hyundai Kona EV Terbakar Lagi |
![]() |
Pengecasan
Ketika membeli Hyundai Kona Electric ataupun Ioniq, Hyundai langsung memberikan perangkat pengecasan dua buah, yaitu portable charger dan wall mount charger.
Portable charger ini yang kami gunakan untuk melakukan pengecasan di rumah. Untuk informasi, rumah yang kami tempati ketika melakukan pengecasan Kona Electric ini adalah rumah dengan kapasitas listrik 2.200 VA.
Alat cas yang bisa dibawa kemana-mana ini, dapat disesuaikan penggunaannya dengan kapasitas listrik rumah. Portable charger ini dapat diatur menjadi 8A, 10A, hingga 12A untuk output atau daya arus listriknya.
Kalkulasi yang kami lakukan dengan menghitung listrik rumah 220V, maka arus 8A sama dengan 1.760 Watt, 10A sama dengan 2.200 Watt dan 12A sama dengan 2.640 Watt.
Maka dari itu, ketika melakukan pengecasan Kona Electric di rumah kami yang mempunyai kapasitas 2.200VA, kami menggunakan daya pengecasan yang paling rendah untuk menghindari listrik yang berlebih dan menyebabkan listrik drop atau 'ngejepret'.
Data yang kami dapatkan, untuk melakukan pengecasan baterai 10 persen, kami membutuhkan waktu sekitar 4 sampai 4.5 jam. Memang pengecasan ini terkesana memakan waktu lama, namun yang kami lakukan untuk menyiasati hal ini adalah dengan membiarkan mobil melakukan pengecasan ketika kami sedang istirahat dan tidur. Sehingga saat pagi hendak beraktifitas, mobil ini sudah terisi penuh.
Penggunaan mobil listrik ini tentunya harus diimbangi dengan kebiasaan baru. Baterai tidak dianjurkan untuk digunakan hingga habis, sehingga lebih baik untuk selalu mengisi daya ketika sudah berkurang.
Untuk wall mount charger yang diberikan Hyundai pada saat pembelian tentu tidak kami pasang di rumah saat pengetesan mobil ini. Karena wall mount charger tersebut membutuhkan daya listrik lebih dari 7.000 Watt.
Pihak Hyundai mengatakan bahwa pemasangan wall mount ini akan diserahkan kepada PLN dan akan terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap daya listrik rumah yang hendak dipasangi wall mount.
Saat ini, tercatat untuk mobil listrik dapat juga mengisi daya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah banyak tersebar.
![]() |
Memang kami akui dari segi konsumsi harian, mobil listrik saat ini jauh lebih irit dibandingkan dengan mobil berbahan bakar fosil. Namun, biaya yang perlu dikeluarkan untuk membeli sebuah mobil listrik pun sangat jauh dibandingkan mobil berbahan bakar fosil.
Pada akhirnya, hadirnya Hyundai untuk mengisi kelas mobil listrik terjangkau ini patut disambut baik. Kita tinggal menunggu kedepannnya, ada pabrikan mobil yang berani mengeluarkan mobil listrik dengan harga yang lebih terjangkau lagi dan berharap akan infrastruktur mobil listrik dapat lebih tersebar di berbagai daerah.
Simak Video "Kencan Pertama dengan Hyundai IONIQ 6: Tampangnya Menggoda, Speknya Istimewa!"
[Gambas:Video 20detik]
(mhg/din)
Komentar Terbanyak
Kendaraan Hilang Lapor Polisi, Kena Biaya Berapa?
Bikin Orang Malas Bayar Pajak, BBN Kendaraan Bekas dan Pajak Progresif Dihapus
Rossi Pernah Sebut Marquez 'Biang Masalah' di MotoGP, Kini Banyak yang Percaya?