Pabrikan Jepang mulai kehilangan dominasinya di MotoGP. Evolusi dan pengembangan yang dilakukan pabrikan Eropa, khususnya Ducati, membuat merek-merek dari negeri matahari terbit--seperti Honda dan Yamaha--keteteran di lintasan.
Tahun depan situasinya bakal lebih rumit bagi pabrikan Jepang karena Suzuki hengkang dan Yamaha tak memiliki tim satelit lagi. Mampukah Honda dan Yamaha bersaing dalam perebutan gelar juara MotoGP 2023?
Perlahan tapi pasti, pabrikan Eropa (Ducati, Aprilia, KTM) mulai menunjukkan taji di MotoGP. Ducati sukses meraih triple crown di MotoGP 2022, dengan memenangi kategori konstruktor, tim, dan pebalap. Sementara Aprilia membawa pebalapnya finis di peringkat empat klasemen akhir, sedangkan KTM sesekali bisa mematahkan prediksi dengan menjuarai seri-seri yang berjalan sulit, seperti MotoGP Mandalika dan MotoGP Thailand.
![]() |
Berbeda dengan pabrikan Eropa, pabrikan asal Jepang justru sedang mengalami masa-masa sulit. Honda gagal meramu tim yang hebat ketika ditinggal Marc Marquez untuk pemulihan cedera. Sementara Yamaha, memang sempat menjadi pesaing dan leading di awal-awal MotoGP 2022, namun pebalap andalan mereka, Fabio Quartararo, tidak sanggup bertahan membalap dengan motor Yamaha yang memiliki banyak kelemahan. Di sisi lain, pabrikan Suzuki juga tidak konsisten di musim terakhirnya di MotoGP.
Dikutip dari situs Tuttomotoriweb, pabrikan Jepang mendominasi MotoGP sejak format balap ini beralih dari mesin 2 tak 500 cc, ke mesin 4 tak 990 cc pada 2002 lalu. Honda dan Yamaha merupakan dua pabrikan Jepang yang silih berganti juara, diikuti Suzuki yang menyicipi gelar pada musim 2020. Ducati adalah satu-satunya merek Eropa yang mampu memutus dominasi pabrikan Jepang. Ducati meraih gelar juara MotoGP pada 2007 dan 2022.
Sosok dibalik kesuksesan Ducati adalah General Manager Ducati Corse, Gigi Dall'Igna. Datang dari Aprilia Racing sejak 2013, Dall'Igna terus menyempurnakan Desmosedici, sehingga menjadi motor yang tangguh dan bisa digunakan oleh semua pebalap.
![]() |
Di bawah Dall'Igna, Ducati menjadi trendsetter pengembangan motor MotoGP. Ducati mengembangkan sistem aerodinamika berupa winglet, ride hight adjuster, hingga yang terbaru winglet buntut stegosaurus. Inovasi-inovasi itu ditiru oleh pabrikan lainnya, tak terkecuali oleh pabrikan-pabrikan Jepang, yang selama ini memiliki kesan hanya bisa mengandalkan kemampuan alami pebalap seperti Marc Marquez dan Fabio Quartararo.
Musim 2023, kesempatan Ducati untuk kembali berjaya sangat terbuka lebar, lantaran mereka minim pesaing. Suzuki telah hengkang, sementara Honda serta Yamaha masih berjuang menemukan racikan terbaik agar motornya bisa bersaing. Perjuangan merek Jepang bakal lebih berat karena mereka hanya memiliki 6 pebalap di lintasan (Honda 4 pebalap, Yamaha 2 pebalap).
Pertanyaannya, dengan sumber daya pebalap yang minim, mampukah merek Jepang membuat inovasi atau revolusi agar motor-motornya bisa kembali bersaing di level atas?
Simak Video "Ada Nomor #63 dalam Nomor Balap #1 Bagnaia"
[Gambas:Video 20detik]
(lua/din)
Komentar Terbanyak
Kapolri Soroti Pengawalan saat Macet: Sirine Melengking Itu Mengganggu
Kendaraan Hilang Lapor Polisi, Kena Biaya Berapa?
Kapolri Soroti Moge-Mobil Mewah Dikawal: Jangan Terobos Lampu Merah