Nakagami Keluhkan Fitur Ride Height Device, Kurang Pas di Motor Honda

Nakagami Keluhkan Fitur Ride Height Device, Kurang Pas di Motor Honda

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Senin, 20 Sep 2021 10:43 WIB
LCR Honda Idemitsus Japanese rider Takaaki Nakagami rides during the final free practice for the 2018 Thailand MotoGP at Buriram International Circuit in Buriram on October 6, 2018. (Photo by Lillian SUWANRUMPHA / AFP)
Nakagami mengeluhkan sistem ride height device. Katanya kurang pas di motor Honda. Foto: Lillian Suwanrumpha/ AFP Photo
Jakarta -

Semua motor MotoGP telah dilengkapi dengan sistem Ride Height Device. Fitur tersebut bisa membuat ketinggian suspensi motor disesuaikan sesuai kebutuhan. Tapi, sistem tersebut diklaim tidak cocok untuk motor Honda.

Pebalap LCR Honda Takaaki Nakagami hanya mampu finis di urutan ke-10. Di trek lurus, Nakagami tidak berdaya melawan para pesaingnya karena dipicu sistem Ride Height Device pada motor Honda.

Nakagami bertarung melawan Brad Binder di balapan MotoGP San Marino semalam WIB. Namun pada akhirnya ia harus mengaku kalah. Pembalap berusia 29 tahun itu melintasi garis finis di posisi kesepuluh, terpaut 18,519 detik di belakang Pecco Bagnaia yang jadi juara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Feeling untuk motor tidak buruk, tapi kami saat ini kehilangan banyak waktu saat keluar tikungan," kata Nakagami usai balapan seperti dikutip Speedweek.

Dia menyalahkan Ride Heigh Device yang telah digunakan oleh semua produsen di MotoGP sejak musim ini. Sistem itu memungkinkan pebalap membuat bagian belakang lebih pendek sehingga memberi motor lebih banyak traksi dan akselerasi yang lebih baik. Namun Nakagami tidak begitu antusias dengan perkembangan sistem tersebut di motor Honda

ADVERTISEMENT

"Semua pembalap menggunakan perangkat ini, tetapi sepertinya perangkat Honda tidak berfungsi dengan baik. Karena ketika pabrikan lain menggunakannya, motor mereka turun lebih banyak daripada milik kami," katanya.

"Jika saya di depan pebalap lain, sangat mudah bagi mereka untuk menyalip saya setelah trek lurus. Dan jika saya di belakang mereka, saya kehilangan hingga dua persepuluh detik sebelum tikungan berikutnya. Hal ini membuat sulit untuk mengembangkan strategi dalam balapan, terutama dengan (lawan) Ducati. Kecepatannya sendiri tidak terlalu tinggi. Masalahnya, ketika saya berada di belakang pebalap lain, saya tidak bisa menyalip mereka karena saya meninggalkan waktu di keluar tikungan. Dan Ride Height Device saat ini tidak cukup baik, kami selangkah di belakang saat ini," sebutnya.

Nakagami menyebut, motor MotoGP dari pabrikan lain mampu menggunakan lebih banyak tenaga berkat perangkat tersebut. Sebab, motor mereka lebih rendah. Karena motornya lebih rendah, pebalap lain memiliki gejala wheelie lebih sedikit sehingga bisa mengeluarkan tenaga lebih banyak.

Sistem yang disebut ride-height system itu pertama kali dipakai di motor Ducati di MotoGP. Sistem itu memungkinkan motor dinaik-turunkan sesuka hati pebalapnya.

Secara khusus, evolusi ini pertama kali dilakukan oleh Jack Miller di Buriram 2019. Dengan teknologi itu, pebalap Ducati bisa menurunkan bagian belakang motor sesuka hati saat akselerasi di lintasan lurus yang panjang.

Manfaat dari alat tersebut dimulai dengan peningkatan anti-wheelie yang mencegah roda depan terangkat saat motor keluar dari tikungan. Kemudian dilanjutkan dengan hambatan aerodinamika yang sedikit lebih rendah di sepanjang lintasan lurus. Hingga stabilitas pengereman yang lebih baik di tikungan. Teknologi itu sangat membantu untuk transfer beban.




(rgr/din)

Hide Ads