Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko setuju dengan saran Kemenhub yang meminta motor listrik dijual tanpa baterai. Sebab, dengan begitu, harga tunggangan nonemisi tersebut menjadi lebih terjangkau.
Moeldoko membenarkan, saat ini harga baterai motor listrik masih tergolong mahal. Itulah mengapa, menurutnya, model bisnis penyewaan baterai dianggap lebih ideal ketimbang kepemilikan secara penuh.
"Menurut saya itu (jual molis tanpa baterai) lebih ideal karena lebih terjangkau bagi masyarakat. Hanya saja kesulitannya orang-orang yang ada di daerah-daerah nggak tahu swap-nya di mana, karena harus merata nih," ujar Moeldoko saat menjawab pertanyaan detikOto di Jakarta Selatan, Kamis malam (6/4).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Moeldoko yang juga menjabat sebagai Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) tersebut berharap, ke depannya komponen utama seperti baterai bisa diproduksi secara lokal. Sebab, dengan begitu, harganya jauh lebih murah dibandingkan impor dari luar negeri.
Dia yakin, seandainya semua komponen sudah diproduksi di dalam negeri dan harga motor listrik lebih terjangkau, maka minat konsumen membelinya pasti akan meningkat.
"Sebenarnya kuncinya kalau baterai benar-benar bisa diproduksi lokal, itu pasti murah. Itu aja sih. Jadi industri ini kan padat teknologi dan padat modal," ungkapnya.
Diketahui, pernyataan Moeldoko tersebut merupakan respons dari saran Staf Ahli Utama Menteri Perhubungan (Menhub) Bidang Transportasi Darat dan Konektivitas, Budi Setiyadi yang meminta produsen menjual motor listrik tanpa baterai.
![]() |
Menurut Budi Setiyadi, 40 persen biaya produksi motor listrik di Indonesia berasal dari baterai. Itulah mengapa, dengan tak menyertakan baterai, harga kendaraan tersebut pasti lebih murah.
"Komponen paling mahal di motor listrik itu baterai. Bahkan, hampir 40 persennya. Makanya, kalau bisa, penjualan sepeda motor itu tidak (disertakan) dengan baterainya. Jadi beli motor tapi tanpa baterai. Sehingga harganya bisa lebih ditekan," saran Budi.
Budi mengaku sudah bertemu Badan Standarisasi Baterai atau BSN untuk membahas standarisasi baterai motor listrik di Indonesia, termasuk dimensi komponen. Dia berharap, seluruhnya dibuat seragam untuk memudahkan para pemakainya.
"Saya pernah komunikasi dengan BSN (Badan Standarisasi Nasional) agar baterai yang swap kalau bisa dimensi baterainya sama. Jadi motor mereknya apapun bisa pakai baterai yang sama," kata dia.
(sfn/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah