Alasan Honda Masih Pikir-Pikir Jual Motor Listrik di Indonesia

Alasan Honda Masih Pikir-Pikir Jual Motor Listrik di Indonesia

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Rabu, 21 Sep 2022 21:28 WIB
Skuter listrik Honda U-GO
Ilustrasi motor listrik Honda U-Go Foto: Wuyang Honda
Jakarta -

Sejak beberapa tahun terakhir, pabrikan roda dua asal China mulai banyak meluncurkan motor listrik berbasis baterai. Menariknya, harga yang mereka tawarkan setara atau bahkan lebih murah dari motor konvensional. Bagaimana Honda menanggapi hal ini?

Baru-baru ini, PT Astra Honda Motor (AHM) mengaku akan mengumumkan strategi dan roadmap bisnis motor listrik di Indonesia sebelum pergantian tahun. Kabarnya, pihak prinsipal siap menghadirkan 10 motor listrik hingga 2025 dan sejumlah modelnya akan masuk ke dalam negeri.

Namun, PT AHM agaknya tak mau meniru langkah pabrikan China yang menjual motor listrik murah. Sebab, menurut mereka, ada hal lain yang lebih penting dari sekadar harga terjangkau, yakni kualitas dan performa kendaraan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Soal itu (motor listrik China), ya kembali kita enggak hanya melihat produk itu murah atau enggak, tetapi juga aspek safety dan performance-nya seperti apa. Jangan sampai masukin banyak tapi bermasalah buat masyarakat atau konsumen," ujar Direktur Pemasaran PT AHM, Thomas Wijaya di Karawang, Jawa Barat, belum lama ini.

Skuter listrik Honda U-GOSkuter listrik Honda U-GO Foto: Wuyang Honda

Lebih jauh, Thomas mengatakan, pihaknya selalu ingin memastikan, produk yang dibuat dan dijual ke konsumen telah memenuhi standar kualitas yang berlaku. Lebih lagi, menurutnya, motor listrik merupakan segmen yang terbilang baru di Indonesia. Sehingga, sebelum benar-benar menjualnya, ada sejumlah hal yang harus dipelajari.

ADVERTISEMENT

"Jangan sampai nanti era EV malah jadi sesuatu yang dikhawatirkan oleh masyarakat, tetapi justru bagaimana cara agar masyarakat bisa masuk ke era EV ini dengan nyaman dan aman," tegasnya.

Thomas secara tak langsung menjelaskan, motor listrik bukan hanya sekadar kendaraan, melainkan juga budaya dan kebiasaan. Kini, agar banyak orang beralih ke tunggangan tersebut, harus ada pembenahan infrastruktur seperti ketersediaan pom pengisian daya listrik (SPKLU) yang harusnya lebih merata.

"Ya kita lihat konsumen itu seperti apa, teman-teman konsorsium juga tentunya mempelajari hal yang sama dan tujuan yang juga sama. Intinya, bagaimana akhirnya EV ini bermanfaat untuk konsumen, tetap nyaman dan aman, dan seluruhnya terus kita pelajari," kata Thomas.




(lth/lth)

Hide Ads