Jutaan orang masih memanfaatkan sepeda motor untuk mudik Lebaran tahun ini. Totalnya, diperkirakan ada 17 juta pemudik dengan sepeda motor. Padahal, dari kacamata keselamatan berkendara, mudik naik sepeda motor tidak disarankan.
Praktisi keselamatan berkendara yang juga Founder dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan sepeda motor yang umumnya beredar di Indonesia sebenarnya bukan untuk perjalanan jauh, apalagi mudik.
Memang, banyak masyarakat yang menganggap naik motor untuk mudik sama saja melakukan touring. Namun, Jusri menekankan mudik menggunakan sepeda motor berbeda dengan touring.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beda. Pada mudik ini kita lakukan di bulan puasa. Otomatis energi kita, stamina kita berbeda. Dan kita juga dikejar waktu. Situasi traffic juga jauh berbeda dalam situasi normal yang kita lakukan saat touring," ucap Jusri kepada detikcom, Selasa (19/4/2022).
Dia bilang, meski memiliki pengalaman touring, pemudik yang menggunakan sepeda motor tetap memiliki risiko kecelakaan. Jam terbang berkendara sepeda motor dengan sering melakukan touring tak menjamin keselamatan.
"Kalau Anda memiliki pengalaman touring, apakah menjamin keselamatan tetap terjaga? No! Di jalan Anda diam saja, Anda bisa mengalami kecelakaan kok di jalan raya. Penyebab-penyebab kecelakaan di jalan raya, banyak yang mati dan cacat, bukan karena kesalahan mereka, tapi kesalahan orang lain. Sopir truk yang nggak bisa ngerem, orang nabrak dari belakang, orang yang ngantuk. Jangan terlalu yakin Anda sudah memiliki jam terbang tinggi berarti hal ini aman buat Anda. Sekali lagi berada di jalan raya yang notabene ruang publik dengan segala objek yang ada, keterampilan itu bukan apa-apa. Lebih kepada behaviour," bebernya.
Menurut Jusri, alasan motor tidak aman digunakan untuk mudik adalah karena proteksinya yang tidak seperti mobil. Di mobil, pengendara dan penumpangnya terproteksi bodi, pintu, bumper sampai seatbelt.
"Kalau mobil atau kendaraan roda empat atau lebih kalau tabrakan selalu ada absorpsi protection berupa bodi, bumper, pintu yang bisa meng-absorb energi benturan yang terjadi. Sedangkan pemotor itu full body contact. Begitu terjadi crash langsung tubuh yang bersentuhan dengan objek-objek keras. Sehingga peluang cedera serius itu besar sekali terjadi, hingga kematian. Kedua, tingkat kesulitan pemotor jauh lebih tinggi pemotor. Karena sepeda motor sendiri tidak mengenal kata stabil," kata Jusri.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah