Harley Davidson beberapa jam lalu ditinggal CEO, Matt Levatich. Dia memutuskan mundur setelah perusahaan yang dia pimpin gagal mencatatkan pertumbuhan penjualan dalam lima tahun terakhir.
Bukan itu saja, sepanjang 2019 penjualan Harley tercatat sebagai yang terendah dalam 16 tahun ke belakang. Harga saham mereka pun turun 42% dalam waktu 12 bulan.
Salah satu penyebab terus turunnya penjualan Harley ditengarai karena kebijakan perang dagang yang ditetapkan Presiden Donald Trump. Tapi di samping itu, Harley juga terus kehilangan penggemar.
Bloomberg menyebut para penggemar Harley kini sudah bertambah tua. Mereka tak lagi membeli produk-produk Harley karena usia yang tak lagi memungkinkan.
Di sisi lain, pabrikan moge yang sudah berdiri sejak 1903 itu gagal mendapatkan konsumen baru dari generasi muda. Motor Harley yang besar, berat, mahal, dan punya tipikal dipakai touring tidak cocok dengan generasi milenial dan Z.
"Harley tak punya daya saing dalam persaingan dengan motor yang lebih bisa dijangkau dan lebih ringan. Sementara motor-motor berat seperti yang dipakai Marlo Brando dalam film The Wild One, sudah tidak tren lagi," ucap David MacGregor, analis dari LongBow Research.
Harley mencoba beradaptasi dengan merilis motor yang lebih ramping dan bisa digunakan untuk beragam keperluan. Beberapa model baru sudah dikeluarkan demi menarik pembeli baru. Namun sejauh ini upaya-upaya tersebut tak memberi efek yang diinginkan.
"Mereka sudah mengalaminya. Mereka sudah kehilangan, mereka sudah berhasil mendapatkannya tapi kemudian kehilangan lagi. Saat orang-orang bertambah tua, mereka (Harley) tak punya pengganti sebagai pembeli. Milenial lebih memilih menaiki skuter listrik dibanding Harley Davidson," timpal Ken Harris, dari Cadent Consulting Group, sebuah konsultan pemasaran dan penjualan di Chicago.
(din/lua)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?