Jika melihat dua hal itu menggunakan sudut pandang pengguna motor konvensional memang masuk akal jadi pertimbangan. Namun sebenarnya motor listrik saat ini sendiri sudah cukup jika pola pikir konsumen dapat diubah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tugas ini juga sebenarnya menjadi peran produsen jika ingin sukses dalam industri motor listrik. Menurut Hendro, menjual motor listrik tidak hanya menjual produk tapi juga melakukan perubahan gaya hidup dan pola berkendara.
"Jadi teman-teman kayak Viar dan Selis kita bilang mereka bukan hanya menjual produk tapi mereka juga harus menjual lifestyle. Mereka seperti sosial marketer, menjual nilai sosial baru. Bukan jual produk, gagal," tutur Hendro.
"Yang dijual itu berikut sama mindsetnya karena banyak paradigma di masyarakat tentang motor listrik itu sangat terbalik," timpalnya.
Hendro pun melalui Kosmik juga fokus dalam memberikan edukasi tentang manfaat motor listrik. Hal pertama yang patut disosialisasikan adalah pemahaman mengenai teknologi motor listrik itu sendiri.
"Sebetulnya kalau melakukan perubahan sangat gampang karena komponennya hanya tiga (baterai, controller dan dinamo) sekarang tinggal willing (kemauan) kita. Makanya di komunitas kita mengajak orang untuk mendalami teknologinya. Kita banyak di forum komunitas memang edukasi bahwa kendaraan listrik itu gampang simpel bebas perawatan," terangnya.
Begitu pula perihal harga. Memang tak dapat disangkal harga kendaraan listrik masih terbilang mahal jika disandingkan dengan kendaraan konvensional. Namun harga yang mahal itu memberikan nilai ekonomis selama kepemilikan karena minim perawatan.
"Kendaraan listrik dibilang mahal benar secara bayar belinya. Tapi kita harus berhitung investasinya jangka panjang karena ketika kita beli kendaraan listrik, baterai itu umurnya 1.000 cycle. Satu cycle itu satu kali charging sekali pakai. Berarti bisa sampai 1.000 hari sekitar tiga tahun. Berarti selama tiga tahun bebas pengeluaran," pungkas Hendro.
(rip/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah