Seperti diberitakan detikcom sebelumnya, di Pematangsiantar dapat ditemukan motor gede Birmingham Small Arms atau BSA yang dijadikan becak motor alias bentor. Kendaraan roda dua buatan Inggris itu berubah fungsi dari kendaraan perang menjadi alat transportasi umum. Yang awalnya hanya rongsokan, menjadi berguna.
Presiden BOMS H Kusma Erizal Ginting berharap agar BSA yang dulunya menjadi motor perang di zaman penjajahan tak punah. Tetapi, untuk menggolkan hal yang diperjuangkan itu haruslah disertai dengan peraturan daerah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua hal itu, bertujuan agar becak BSA ke depan terus bertahan dan tidak dibawa keluar dari Kota Pematangsiantar. "Yang terjadi sekarang, sudah berkurang karena kami kalah bersaing. Pemerintah (Pemkot Pematangsiantar) tidak bertindak melindungi dengan cepat, bahwa ini adalah cagar budaya becak BSA ini masih dijual ke mana-mana," tegasnya kepada detikcom.
Sampai sekarang, lanjutnya, jumlah becak BSA tinggal 200-an. Apabila tidak segera dilakukan, maka akan semakin berkurang.
"Kan udah ada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 cq Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang lembar negara cagar budaya. Harusnya itu yang mereka lihat," jelasnya.
![]() |
Jika itu dilakukan, maka keluarlah Peraturan Daerah (Perda) yang ruhnya sama dengan peraturan negara. "Kami hanya butuh turunan hukum namanya perda. Sudah capek kami, tuntutan kami pertama dari abang becak datang. Jadi dari 30 anggota dewan kami hanya butuh 16 orang. Saya juga nggak salahkan pemerintah, yang saya salahkan yang membentuk perdanya," terangnya.
"Saya ditawari Perwal sama wali kota. Ganti wali kota nanti ganti lagi. Tapi kalau perda tidak kenal waktu," imbuhnya.
Hal serupa juga diharapkan Asmadi alias Pak Arbi dan Saridi alias Adi Pamili saat ditanya soal harapannya bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74.
"Harapannya, becak BSA bisa jadi becak wisata. Siap dirangkul apabila becak BSA dijadikan kendaraan pariwisata," ungkapnya
Saat ini, pendapatan mereka kian menurun. Ditambah lagi dengan persaingan dengan transportasi online. Dulu, lanjutnya, Pemkot pernah memberikan dana Rp 500 ribu untuk biaya perawatan becak BSA itu. Namun, kini sudah tidak ada lagi.
Lebih lanjut, Rizal Ginting mengatakan, pada awal 2006 sempat muncul perda menghapus becak BSA. Perda itu idenya dari DPR. Saat itu para abang becak datang ke rumahnya.
![]() |
"Abang becak kayak film India ke rumah ini. Karena mereka tahu saya dan kawan yang lima ini suka BSA, suka motor tua," katanya.
Saat itulah bersatunya becak BSA dan pencinta BSA. Akhirnya terbentuklah BOMS. "Saya bingung datang ke sana pakai bendera apa, kumpulan yang begini banyak. Saya yang kasih nama itu BOMS. Visinya ke depan harus ada Inggrisnya supaya saya bisa tawarkan ke mana-mana. Jadi dengan merek BOMS kami menghadap ke sana," urainya.
Mereka pun menggandeng tetua adat, tokoh agama dan akhirnya dibatalkan penghapusan becak BSA itu. "Dibatalkanlah perda itu, maka sampai sekarang masih bisa dilihat becak BSA itu. Kalau nggak, 2006 kami tidak bertindak itu habis. Sama kayak becak Medan, sudah dibuang alasan modernisasi. Ini juga alasan modernisasi," tandasnya.
Sebelum digunakan sebagai becak, motor BSA ini merupakan motor yang kehilangan tuannya. Motor-motor itu dibawa dari Inggris oleh tentara sekutu yang membantu Belanda pada masa perang dengan Jepang.
Kendaraan-kendaraan itu bergeletakan begitu saja di jalanan dan tempat-tempat lainnya. "Kendaraan Belanda atau penjajah yang dibantu oleh sekutu bergeletakan kehilangan tuan, kehilangan mekanik, onderdil atau sparepart. Jadi besi tua rongsokan. Nah pada tahun 1958 tepatnya, pemuda-pemuda Pematangsiantar pada waktu itu mencoba untuk mengotak-atik kendaraan ini yang bergeletakan," jelas Rizal Ginting.
(rgr/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah