Orang Kalimantan Menyebut Motor Itu Honda

Orang Kalimantan Menyebut Motor Itu Honda

Dadan Kuswaraharja - detikOto
Selasa, 18 Des 2018 13:27 WIB
Honda Scoopy, motor terlaris di Kalimantan Foto: Rengga Sancaya
Berau - Sama seperti di Aceh dan Medan serta beberapa daerah lain di Indonesia, orang Kalimantan biasanya menyebut sepeda motor dengan sebutan Honda. Mungkin karena saking banyaknya merek Honda di sana, orang jadi mengasosiasikan sepeda motor dengan Honda.

"Rata-rata ngomongnya begitu, bukan hanya di Kalimantan Timur, di Kalimantan Barat. Rata-rata orang nyebut motor itu Honda. Di Medan juga. Jadi kalau ada orang nanya mau naik motor, "Naik Honda Pak?'. Ada dua sebenarnya Honda itu artinya, pertama Honda motor, kedua sama Honda Honornya Daerah," canda Region Head HSO Balikpapan Darma Wijaya saat ditemui detikOto di Berau, Kalimantan Timur.


Masyarakat Kalimantan pun memperkuat omongan Darma. Kepala Bidang Pembinaan SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara, Amat, mengatakan meski motor itu aslinya merek lain, orang selalu menyebutnya sebagai Honda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Walaupun itu motornya (menyebut merek lain-red), selalu Honda. Saya lihat sekarang teknologi motor luar biasa. Vario saja sudah digital semua. Begitu saya berhenti di lampu merah langsung mati otomatis dan nyala kalau digas lagi. Untung nggak saya dorong hehehe. Padahal saya naik motor 4 tahun lalu masih pakai kopling, sekarang luar biasa," ujar Amat.

Mengenai tipe motor, motor-motor skutik juga memenuhi jalanan di Kalimantan. Skutik setidaknya sudah menguasai pasaran sampai 70 persen. Dengan Scoopy menjadi motor skutik terlaris sebesar 30 persen, disusul Honda BeAT dan Vario di urutan ketiga.

"Kalau di nasional kan (yang nomor 1) BeAT. Sebenarnya sih tidak ada yang berbeda antara Kalimantan dan daerah lain. Namun di Bali kan mayoritas matik, bebek di sana kurang. Kalau di sini motor sport masih ada karena konsumen kadang kalau ke luar kota inginnya naik motor sport," ujar Darma.


Motor-motor di Kalimantan dirawat oleh tangan-tangan mekanik AHASS yang sebagian besar sudah memperkerjakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.

"Di area kami, kami memiliki 30 AHASS dengan 135 mekanik, 20 persen lulusan SMK yang kami bina dari 2014. Kami sudah serap 20 persen, memang untuk dunia industri serapannya lebih kecil dari output (jumlah lulusan SMK) karena ada keterbatasan dari produksi kita," ujarnya.



(ddn/rgr)

Hide Ads