Angkutan umum seperti bus Transjakarta yang ketepatan waktunya masih tidak bisa diprediksi membuat masyarakat enggan menunggu. Terlebih lagi dalam beberapa tahun terakhir keberadaan ojek online semakin menjamur dan malah dinilai membantu masyarakat Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang sudah ada beberapa negara mulai mengatur sepeda motor kayak Thailand, tapi kalau di Indonesia motor ini punya karakter sendiri sebagai moda transportasi," kata Dirjen Perhubungan Darat Budi Setyadi saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Budi menambahkan saat ini angka kecelakaan terbesar berasal dari sepeda motor. Sehingga untuk menjadikannya angkutan umum justru merugikan masyarakat.
"Kalau dari sisi kerentanan kecelakaan sepeda motor itu yang paling besar baik penyebab maupun korban. Korban fatality (fatalitas atau kematian) juga paling besar dari sepeda motor," jelasnya.
"Kenapa? kena lubang dikit aja jatuh, kesenggol dikit jatuh, perlindungan sepeda motor kan hanya helm jadi paling rentan terhadap kecelakaan," tuturnya.
Jika melihat data kecelakaan yang terpampang di situs resmi Korlantas Polri, angkutan jenis sepeda motor memang yang paling banyak mengalami kecelakaan dibandingkan kendaraan lain.
Tercatat dalam periode tiga bulan terakhir tahun 2018 ada sekitar 32.613 motor yang terlibat kecelakaan. Angka itu menurun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 35.765 pemotor.
Tentu angka tersebut berselisih cukup jauh dengan mobil atau bus yang telah menjadi angkutan umum. Mobil misalnya terlihat sebanyak 6.700 kecelakaan sementara untuk bus hanya sekitar 606 unit saja yang terlibat kecelakaan. (dry/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Mobil Jepang Mulai Banting Harga, Produsen China Santai