Instruktur Safety Riding Astra Honda Motor (AHM) Hendrik Ferianto punya pandangan sendiri. Menurutnya, kebanyakan wanita dalam berkendara atau melakukan apa pun biasanya menggunakan perasaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang terjadi adalah ada seorang wanita salah sein. Sebenarnya salah sein ini kalau boleh disurvei, mereka jawabnya pasti bilang sudah benar nyalakan sein. Sebenarnya (salah menyalakan sein) itu adalah lebih ke arah lupa dan panik. Misalnya gini, ada perempuan naik motor diklaksonin terus. Namanya orang panik, dia mau ngegas itu bisa jadi ngerem, ngerem bisa jadi ngegas. Apalagi perempuan, bisa salah tingkah," sambungnya.
Lantas kenapa yang kebanyakan salah menyalakan sein itu ibu-ibut? Menurut Hendrik, ibu-ibu yang kerap salah menyalakan lampu sein itu karena kemampuan naik motornya rendah.
"Jadi naik motor itu butuh skill, mental, pengetahuan, perasaan, pengalaman. Banyak pengendara wanita yang learning by doing, sehingga mereka tidak siap secara mental tapi modalnya yang penting bisa jalan aja. Coba tanya, ada nggak lady biker yang salah sein? Nggak ada kan? Karena mereka siap secara mental. Dalam berkendara itu nggak cuma butuh yang namanya skill, tapi juga mental. Mental ini ada pengalaman, perasaan. Kalau minim pengalaman, gampang panik, diklaksonin dari belakang, yang tadinya sein kiri jadi sein kanan, karena sudah panik," kata Hendrik.
Intinya, sebut dia, kebanyakan pengendara perempuan berkendara dengan perasaan. Mereka juga mudah panik saat diintimidasi atau saat diberi tekanan oleh pengendara lain. Misalnya selalu diklakson dari belakang oleh pengendara lain, mereka cenderung mudah panik.
"Kemudian mereka tidak punya kemampuan untuk mengambil keputusan secepat pria," sebut Hendrik. (rgr/ddn)
Komentar Terbanyak
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ternyata Gegara Ini Insinyur India Bikin Tikungan Flyover 90 Derajat