"Oleh karena itu kita bisa membantu untuk push powernya adalah, yaudah kalau gitu dari industrinya yang mencoba untuk ngenalin, ngenalin ke masyarakat. Kan nanti kalau masyarakat berpikir bahwa itu bisa dipakai, dan benefit-nya bagus, otomatis pemerintah juga makin tahu, oh sebenernya impact-nya tuh faktual buat Indoensia, bukan cuman perkiraan-perkiraan aja," ujar President Director Bosch, Ralf von Baer.
Pada dasarnya memang menurut Ralf, di Indonesia untuk membuat sebuah kebijakan kendaraan listrik contohnya, tidak dapat dibuat begitu saja, banyak proeses yang harus dilalui. Namun Ralf merasa pemerintah sudah punya kesadaran akan pentingnya kendaraan listik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lanjut Ralf juga menjelaskan Bosch memang merupakan teknologi dari Jerman. Namun bukan berarti negara-negara lain tidak dapat menggunakannya.
"Kita berkaca di luar Eropa, seperti di China sudah maju, kita bisa kalau misalkan memang, dan itu yang sedang kita lakuakan sekarang, kalau ada forum-forum, dengan berbagai kementerian, kita aktif untuk selalu kasih tahu bahwa ini teknloginya begini dari Jerman, tapi memang di negara-negara lain yang non-Eropa, termasuk Asia juga bisa. China, India terus apa bedanya dengan Indoensia," kata Ralf.
Oleh karena itu sekali lagi, Ralf menegaskan bahwa, edukasi lah yang akan digunkan untuk menutupi kebijakan pemerintah mengenai kendaraan listrik yang tak kunjung jelas.
"Tapi kan sekali lagi kita bukan di politik, jadi kita tidak bisa secara langsung yang push. Tapi yang bisa kita lakukan adalah mengedukasi ke pemerintahan dan juga produsen-produsen motor, untuk bisa kerjasama dan mengashilakan motor e-scooternya," jelas Ralf. (rgr/ddn)
Komentar Terbanyak
Pajak Kendaraan Indonesia Salah Satu Tertinggi di Dunia, Masyarakat Dapat Apa?
Kesaksian Pemobil Lihat Ban Bocor Massal di Tol Cipularang
Tarif Parkir di Jakarta Mau Naik, Segini Bedanya dengan Kota Lain