Terinspirasi Kisah Perjuangan Teuku Umar di Meulaboh

Viar 7 Explorer

Terinspirasi Kisah Perjuangan Teuku Umar di Meulaboh

Dini Afrianti Efendi - detikOto
Rabu, 12 Agu 2015 14:07 WIB
Meulaboh -

Ekspedisi hari keempat perjalanan tim 7 Explorer pada Senin, 10 Agustus 2015, tim bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Takengon. Perjalanan dimulai dari Losmen Aiva, tempat tim beristirahat semalam.

Selanjutnya tim menyempatkan diri untuk singgah ke salah satu situs bersejarah yang cukup populer di Kota Meulaboh, yakni Tugu Teuku Umar.

11 Februari 1899, bertepatan dengan bulan Ramadan, Teuku Umar tersungkur jatuh diterjang peluru emas Belanda di Suak Ujong, Meulaboh. Pada saat itu sang pahlawan sedang melaksanakan sahur, peluru emas tersebut menerjang tubuhnya dan beliau langsung tersungkur serta syahid pada usia 45 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teuku Umar datang ke Meulaboh dari arah Lhok Bubon bermaksud menyergap dan membunuh Jenderal Van Heuzt yang ada di Meulaboh. Namun ternyata Jenderal ini juga memiliki maksud yang sama, yakni untuk menangkap dan membunuh Teuku Umar.

”Kita minum kupi di Meulaboh atau saya syahid,” kata Teuku Umar kepada pasukannya sebelum bergerak ke Meulaboh. Dan takdir Allah SWT menyatakan sang tokoh legendaris ini syahid.

Itulah sepenggal kisah tentang seorang Pahlawan Nasional yang berasal dari Aceh Barat bernama Teuku Umar.

Penggalan kisah tersebut terdapat di sebuah papan yang tergantung di dekat makam sang Pahlawan. Sebuah Tugu Monumen yang berada di kawasan pantai Suak Ujong Kalak sebagai penanda tempat sang pahlawan meregang nyawa.

Tugu ini masih terlihat baru karena sebelumnya tugu ini sempat hancur ketika dihantam bencana tsunami yang juga pernah melanda kawasan ini. Di Puncak Tugu terpasang sebentuk kupiah meukeutop, yaitu penutup kepala adat Aceh yang pada masa itu sering digunakan oleh Teuku Umar dan sudah menjadi ciri khas beliau.

Puas menikmati keindahan pantai Suak Ujong Kalak dan Kemegahan Tugu Teuku Umar, tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir, yaitu Kota Takengon.

Dalam perjalanan menuju Kota Takengon, tim harus melalui jalur yang cukup ekstrem, lebih tepatnya di Jalan Beutong menuju Kabupaten Aceh Tengah karena di jalan ini baru saja terjadi longsor. Namun beruntung tim menggunakan unit Trail yang mumpuni untuk melibas jalan dengan mudah.

Setelah melewati jalur longsor tadi, tim kemudian berhenti di Sungai Krueng Isep yang merupakan tempat wisata di desa Gunung Tarot, Beutong Bawah, Aceh. Sungai Krueng Isep merupakan sebuah tempat wisata yang menjadi daya tarik bagi Mayarakat sekitar dan luar karena sungai ini terkenal dengan hawanya yang sejuk yang berasal dari Hutan Lindung Leuser.

Terdapat pula area wisata yang cukup menarik di antara sungai, pegunungan dan jembatan yang menghubungkan Krueng Isep dengan jalan menuju ke Pegunungan Singgah Mata ( Beutong Ateuh), tidak mengherankan jika semua pegunjung banyak yang turun untuk mandi di sungai ini, bermaksud merasakan segarnya air Kreueng Isep, karna sumber air dari sungai ini memiliki sumber air yang asli dari pegunungan Leuseear.

Selesai bermain di Sungai Krueng Isep, tim langsung meluncur menuju destinasi akhir, yaitu Kota Takengon. Kurang lebih sekitar pukul 15.00 WIB, akhirnya tim tiba di kota Takengon dan langsung mencari rumah makan untuk makan siang.

Selesai makan siang, tim melanjutkan perjalanan menuju Bukit Pantan Terong. Pantan Terong merupakan salah satu bukit tertinggi yang terdapat di Kota Takengon.

Oleh karenanya tak ayal jika kita berdiri disana, kita dapat memandang hampir keseluruhan wilayah ibu kota Kabupaten Aceh Tengah tersebut.Di Tempat ini seakan kita bisa menikmati semuanya dalam satu paket. Pantan Terong merupakan salah satu obyek wisata unggulan yang dikelola secara baik oleh pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tengah.

Dengan ketinggian lebih dari 1.830 mdpl, bukit indah ini memiliki suhu yang sejuk dan sangat segar. Letaknya yang tepat menghadap Danau Laut Tawar juga menambah keindahan yang ditawarkan dari bukit ini. Namun sangat disayangkan, tim tidak dapat berlama-lama disini dikarenakan hujan mulai mengguyur.

Puas mengambil beberapa foto dokumentasi, tim kemudian turun menuju Basecamp Extreme Takengon yang berada di desa Bene yang juga merupakan merupakan komunitas terbesar di kota Takengon dengan dipimpin oleh Bapak Tommy.

Begitu tiba, tim disambut dengan ramah oleh pak Tommy dan crew dari Extreme Takengon, sekaligus teman-teman dari Extreme Takengon menjajal β€œrasa” dari CROSS X yang digunakan dalam ekspedisi ini.

Usai berbincang dengan tim, Pak Tommy mengajak tim 7 Explorer untuk berendam di pemandian kolam air panas Simpang Balik, Kabupaten Bener Meriah. Lokasi kolam air panas ini letaknya tepat di kaki Burni Telong, salah satu dari tiga gunung api aktif yang terdapat di Provinsi Aceh.

Selain itu, di kompleks gunung api Geureudong ini masih ada dua sumber air panas lain, yaitu di Burni Bius Aceh Tengah dan Wih Porak Lancang Kabupaten Bener Meriah. Air panas di sini cukup membuat tim rileks usai melakukan perjalanan sejauh kurang lebih 385 km.

Selesai berendam tim, akhirnya beristirahat untuk mengisi tenaga karena harus melanjutkan perjalanan lagi menuju Kotacane.

(ddn/ddn)

Hide Ads