βHarus jujur diakui, faktor exchange rate, dolar yang semakin tinggi nilai kursnya oleh rupiah, membuat kondisi semakin sulit bagi industri,β tutur Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Sigit Kumala, saat dihubungi detikOto, di Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Menurut Sgit, akibat dolar yang terus melambung biaya produksi yang ditanggung industri juga ikut terkerek. Maklum, meski komponen sepeda motor lokal mencapai 80β95 persen, namun bahan baku komponen tersebut masih diimpor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Sigit tak bersedia memastikan apakah para produsen motor bakal mengerek harga jual produk mereka sebagai dampak semakin mahalnya nilai tukar dolar. βKalau soal itu, saya tidak berwenang memberikan jawaban,β elaknya.
Sementara itu seorang sumber detikOto di agen pemegang merek sebuah pabrikan motor tak menampik, penilaian bahwa kenaikan dolar akan menyulitkan pabrikan. Bahkan semakin hari, kata dia, kondisinya semakin sulit.
Opsi untuk mengerek harga jual produk pun muncul. Hanya, pabrikan sangat berhati-hati untuk memutuskan opsi tersebut diberlakukan atau tidak.
βOpsi itu sudah ada, tetapi sekarang kan kondisinya sulit. Penjualan saat ini masih sulit, apalagi nanti kalau harga dinaikkan. Kondisi saat ini serba dilematis,β kata dia saat dihubungi.
Data AISI menunjukan, sepanjang Januari dan Februari lalu penjualan motor di Tanah Air mencapai 1.084.340 unit. Namun, penjualan sebanyak itu ternyata melorot 14,05 persen dibanding periode yang sama 2014 yang sebanyak 1.261.555 unit.
Hingga sore ini, kurs rupiah terhadap dolar menurut data Bank Indonesia, mencapai Rp 13.093 per dolar untuk kurs beli. Adapun untuk kurs jual Rp 13.230 per dolar.
(arf/lth)












































Komentar Terbanyak
Habis Ngamuk Ditegur Jangan Ngerokok, Pemotor PCX Kini Minta Diampuni
Di Indonesia Harga Mobil Terkesan Mahal, Padahal Pajaknya Aja 40%!
Biaya Perpanjang SIM Mati tanpa Bikin Baru