Maraknya motor dan mobil listrik ternyata bukan cuma menarik perhatian konsumen, melainkan juga pelaku kejahatan. Di Inggris, fasilitas pengecasan atau stasiun pengisian kendaraan listrik (EV) jadi sasaran maling. Bukan dicolong seluruh unitnya, tapi dirusak demi ambil kabel tembaga!
Disitat dari Rideapart, Kamis (17/7), jaringan pengisian cepat InstaVolt di Inggris mengalami insiden serius. Lebih dari 700 stasiun mereka dibobol. Bukan oleh hacker canggih, tapi sindikat maling yang hanya mengincar kabel tembaga senilai £20 atau kurang dari Rp 400 ribuan.
Yang bikin geleng-geleng kepala, perusahaan justru harus keluar uang hingga £1.000 atau hampir Rp 20 juta untuk tiap titik yang rusak. Kerugiannya bukan main. Padahal barang yang diincar pelaku nilainya jauh lebih kecil.
Lantas, strategi apa yang diambil InstaVolt agar kasus tersebut tak terulang kembali? Mengingat, mereka terus mengalami kerugian yang terbilang besar.
Siasat InstaVolt Amankan Charger EV
Setelah kasus pencurian tersebut ramai, InstaVolt mulai melengkapi kabel dengan pelindung berbahan Kevlar yang terkenal kuat. Selain itu, mereka pakai teknologi pelacak forensik bernama SmartWater-semacam penanda khusus yang bisa menempel di barang curian dan dilacak bahkan setelah dipotong-potong.
Bukan hanya itu, mereka juga mulai memasang GPS tracker di titik-titik strategis dan menyewa tenaga keamanan alias satpam. Sayangnya, sampai saat ini, langkah hukum dari pihak kepolisian masih belum terlihat signifikan.
Itulah sebabnya, InstaVolt mendorong agar stasiun charger EV diakui sebagai critical infrastructure-atau infrastruktur penting negara. Kalau status ini disetujui, maka penegakan hukumnya bisa jauh lebih serius dan pelaku bisa dikenakan hukuman berat.
Namun, perlindungan ekstra ini tentu bukan tanpa biaya. Dan siapa yang akhirnya menanggung? Yes, konsumen. Biaya operasional naik, tarif ngecas bisa lebih mahal, dan pembangunan stasiun pengisian daya baru jadi lebih lambat.
Simak Video "Viral Maling Curi Kabel Bikin Listrik 1 Desa di Bogor Padam"
(sfn/rgr)