Toyota Harap Pemerintah Belajar dari Thailand soal Insentif Mobil Hybrid

Septian Farhan Nurhuda - detikOto
Jumat, 27 Sep 2024 15:06 WIB
Toyota soal insentif mobil hybrid. Foto: Ari Saputra
Jakarta -

PT Toyota Astra Motor (TAM) meminta pemerintah Indonesia belajar dari Thailand soal pemberlakuan insentif mobil hybrid. Menurut mereka, Negeri Gajah Putih sudah berada di jalan yang benar soal kendaraan ramah lingkungan.

Marketing Planning Deputy General Manager PT TAM Resha Kusuma Atmaja mengatakan, keputusan pemerintah Thailand memberikan insentif mobil hybrid berdasarkan emisi sudah tepat. Sebab, bagaimana pun juga, output kendaraan ramah lingkungan adalah pengurangan emisi.

"Negara tetangga sudah ada planning menerapkan pajak berbasis carbon emission seperti di Thailand. Mereka sudah mulai canangkan, jadi yang dilihat emisi karbonnya berapa dan berapa pajak yang harus dibayar," ujar Resha saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat.

"Itu menstimulus atau menunjang pemerintah untuk menuju net zero carbon menurut kami di Toyota," tambahnya.

Mobil hybrid. Foto: Istimewa

Resha secara tak langsung berharap, pemerintah bisa meniru langkah Thailand dalam penerapan insentif kendaraan ramah lingkungan. Jadi, selain penjualan, mereka juga bisa melihat seberapa 'bersih' suatu kendaraan dalam menghasilkan emisi gas buang.

"Kita harapkan adalah begini, melihat ke belakang bahwa kita ingin mengurangi emisi karbon dengan banyak cara. Karena itu, kita berharap pemerintah juga bisa mendukung net zero carbon ini," tuturnya.

"Ini juga bagaimana apresiasi bagi para pelaku bisnis untuk mengurangi karbon. Ketika itu dilakukan artinya kita punya usaha bersama, akselerasi diperlukan salah satunya lewat insentif kendaraan," lanjutnya.

Diberitakan detikOto sebelumnya, pemerintah Thailand akan memberikan tambahan insentif untuk pembelian mobil hybrid. Jika sebelumnya pajak yang dikenakan 11 persen, mulai 2028 hingga 2035 diturunkan menjadi 6-9 persen, tergantung seberapa besar emisi yang dihasilkan.

"Dalam lima hingga 10 tahun ke depan, volume penjualan sebagian besar akan berasal dari mobil hybrid dan listrik. Langkah-langkah untuk mendukung mobil hybrid diperlukan untuk mendorong investasi berkelanjutan di dalam negeri," kata Narit Therdsteerasukdi selaku Sekjend Dewan Investasi Thailand.

Bendera Thailand di mobil. Foto: Adobe Stock.

Meski demikian, insentif tersebut tak bisa dinikmati seluruh produk dan pabrikan. Sebab, sama seperti di Indonesia, ada sejumlah syarat yang harus dipatuhi. Berikut rangkumannya:

1. Aturan berlaku mulai 2028 hingga 2035

2. Insentif hanya berlaku untuk produsen yang investasi minimal 3 miliar baht atau Rp 1,3 triliunan selama empat tahun berturut-turut mulai 2024.

3. Kendaraan harus memenuhi aturan tingkat kandungan lokal atau biasa disebut TKDN di Indonesia

4. Kendaraan harus dibekali teknologi keamanan dan keselamatan sebagai standar produk.

Kebijakan insentif mobil hybrid itu ditargetkan mampu menarik investasi sekira 50 miliar baht atau Rp 22,6 trilunan. Harapannya, langkah yang diambil BOI makin menguatkan posisi Thailand sebagai pasar utama mobil hybrid di Asia.



Simak Video "Lihat Langsung Suzuki Fronx: Gaya ala SUV Coupe, Sudah Hybrid!"

(sfn/dry)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork