Pentingnya Insentif: Yaris Cross di Thailand, Tak Semahal di Indonesia

Pentingnya Insentif: Yaris Cross di Thailand, Tak Semahal di Indonesia

Ridwan Arifin - detikOto
Minggu, 28 Jul 2024 17:33 WIB
Eksotik jalur mudik Pantura 2024 bersama Toyota Yaris Cross Hybrid.
Yaris Cross Hybrid Foto: detikOto/detik.com
Jakarta -

Toyota mengungkapkan insentif dibutuhkan untuk kendaraan ramah lingkungan. Sebagai contoh mobil hybrid di Thailand lebih kompetitif ketimbang di Indonesia.

"Saya tidak bosan-bosan memberikan contoh, seperti Yaris Cross Hybrid di Thailand. Itu kalau kalau di Indonesia harganya bukan kepala 4-an (Rp 400 jutaan), tapi kepala 3 (Rp 300 jutaan) kecil, dengan insentif yang ada. Jadi gap-nya dengan mobil ICE itu cukup besar, dengan BEV tidak terlalu (jauh)," ujar di Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Anton Jimmi di ICE BSD, Tangerang, belum lama ini.

"Pemerintah Thailand sudah memberi contoh, produk ini bisa memasyarakat. Jadi di Thailand cukup sukses. Tidak hanya Toyota, banyak merek lain yang menghadirkan produk yang cukup kompetitif. Membuat kami berpikir apakah hanya Thailand yang nanti akan menjadi produksi hybrid terbesar di Asia Tenggara. Ini yang kita inginkan supaya Indonesia tidak hanya memproduksi BEV tapi juga mudah-mudahan hybrid dan plug in hybrid yang kompetitif," kata dia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imbas pajak yang lebih kompetitif, harga jual kendaraan juga semakin murah.

Toyota Yaris Cross Hybrid yang dijual mulai dari 789 ribu Baht atau setara Rp 352 jutaan. Sementara di Indonesia tembus Rp 440 juta. Ada selisih hampir Rp 100 juta untuk mobil hybrid.

ADVERTISEMENT

Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Putu Juli Ardika menjelaskan pungutan pajak mobil ramah lingkungan lebih kecil Thailand ketimbang Indonesia.

"Apa yang mesti kita lakukan untuk mendorong industri ini. Ada hal-hal yang belum kita lakukan bagaimana seperti disampaikan sebelumnya, insentif ini diperluas untuk yang low emission vehicle, karena kita itu yang BEV hampir sama dengan negara lain, tapi untuk lainnya, low emission vehicles masih jauh sekali dengan negara lain," ujar Putu di Jakarta, Rabu (10/7/2024).

"Saya mungkin kasih gambaran, kalau di Thailand untuk yang low emission vehicles, itu dia bisa sebagai pajak dan lain-lainnya itu sekitar 7-8 persen, kita masih di 23 sampai 33 persen," tambahnya lagi.

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara juga menyebut penyebab harga mobil di Indonesia tinggi lantaran hampir separuhnya merupakan instrumen perpajakan.

"Harga mobil ini juga diskusi dengan Pemda (pemerintah daerah), karena BBNKB itu menjadi isu. itu (pajak) yang membuat harga mobil ini luar biasa mahal, karena bila ditotal bisa lebih dari 30-40 persen itu adalah bentuk pajak," tambah dia.

"Namun mereka tidak mau kehilangan karena rata-rata pemerintah provinsi 60-80 persen PAD (Pendapatan Asli Daerah) nya dari pajak kendaraan bermotor," sambungnya lagi.




(riar/mhg)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads