Penjualan mobil baru semester pertama di Indonesia sedang mengalami tren negatif. Kementerian Perindustrian bilang penjualan tren negatif ini harus segera ditangani.
"Kita harus segera mengerem penurunan ini karena dampaknya sangat luar biasa luas apalagi tantangan kita akan bertambah. Di mana persaingan penjualan kendaraan ini, pasar kita belum berkembang dengan bagus. Tetapi variasi kendaraanya makin meluas," ujar Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Putu Juli Ardika saat Forum Editor Otomotif di ICE BSD City, Tangerang, Senin (22/7/2024).
"Kompetisi ini sangat luar biasa sehingga kita harus menjaga masing-masing kendaraan itu mempunyai skala ekonomi yang bisa memberikan suatu keuntungan," terang dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena apa yang terjadi di luar Indonesia, tetangga, itu karena pasarnya tidak bisa mencukupi, dia keluar dari negara tersebut," sambungnya lagi.
Insentif fiskal berupa diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dipercaya jadi cara singkat dan efektif untuk menggairahkan pasar lagi.
Peran insentif fiskal selama ini krusial dalam menstimulus pemulihan tersebut, termasuk insentif PPnBM DTP kendaraan bermotor. Hal ini menyebabkan, tingkat pertumbuhan perdagangan kendaraan Bermotor mampu bangkit dari kontraksi 14,1% di 2020 dan tumbuh 12,1% di 2021. Begitu juga dari sisi produksi, industri alat angkutan melonjak dari terkontraksi 19,9% pada 2020, kemudian meningkat signifikan 17,8% pada 2021.
Penjualan mobil baru di Indonesia mengalami penurunan cukup signifikan. Dikutip dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) sepanjang Januari sampai dengan Juni 2024 tercatat hanya sebanyak 408.012 unit. Angka itu turun 19,4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 506.427 unit. Penjualan secara retail juga turun.
Masih dalam data yang sama, retail sales mobil baru sepanjang semester pertama tahun 2024 hanya sebanyak 431.987 unit. Angka itu turun 14 persen dibanding Januari-Juni 2023 yang mencatatkan angka penjualan sebanyak 502.533 unit
Pemerintah juga tidak menutup kemungkinan, diskon PPnBM kembali muncul untuk dongkrak penjualan.
"Menarik tadi permintaan PPnBM bisa diturunkan. Kenapa tidak? kalau memang itu harus bisa menjamin bahwa kestabilan untuk sektor otomotif ini bisa berjalan dengan baik, dan juga akan berefek juga tentunya kita berharap ekosistem untuk KLBB ini bisa berjalan dengan baik, kami sudah berupaya bagaimana caranya, tentunya kami kembali ke kebijakan-kebijakan insentif yang kita dorong, termasuk kebijakan energi di mana kita sudah menghilangkan beberapa kebijakan insentif untuk sektor atau industri yang memang berbasis fossil, itu mulai mengarah ke sana," ujar Andi Subhan, Plh. Direktur Pelayanan Fasilitas Berusaha Bidang Pelayanan Penanaman Modal (BKPM) dalam kesempatan yang sama.
Di satu sisi, penghilangan sumber pendapatan pemerintah dari PPnBM tentu akan menurunkan pendapatan. Tetapi bisa jadi hal ini akan terkompensasi oleh adanya peningkatan permintaan serta peningkatan produksi dari industri manufaktur.
"Di satu sisi mungkin PPnBM turun, tapi di satu sisi PPN akan meningkat, termasuk PKB, dan BBNKB, di samping itu karena ini akan memperluas produksi mobil, maupun industri suku cadang akan meningkat, supply chain industri meningkat, kita ada peningkatan PPh badan, ataupun PPh orang pribadi," kata Peneliti Senior LPEM FEB UI, Riyanto.
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP