Siapa yang tak kenal hasil dari pabrikan Isuzu di Indonesia? Truk-truk yang melintas di jalanan Tanah Air hingga kelas utility vehicle seperti Isuzu Panther tentu lekat di pecinta mesin diesel.
Tak heran sebab ekspansi Isuzu di Indonesia sudah sejak 1960 lewat Isuzu Bison, pikap serbaguna andalan Isuzu kala itu. Kini Isuzu bisa dibilang merajai kendaraan-kendaraan niaga di Indonesia. Kesuksesan pabrikan asal Jepang ini tak lepas dari peran PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) sebagai agen pemegang merek (APM) kendaraan Isuzu di Indonesia.
Salah satu program IAMI untuk mengembangkan sumber daya manusia yaitu dengan on job training atau OJT. Jurnalis detikcom bersama sejumlah rekan media dari Indonesia bersama IAMI berkesempatan langsung ngobrol dengan Siswanto dan Amri yang tengah mengikuti OJT di Fujisawa Plant, pabrik yang menangani perakitan truk Isuzu jenis light duty, medium duty, hingga heavy duty. Selain itu ada juga fasilitas riset atau Research and Development (R&D) untuk Isuzu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cuaca cerah di Tokyo serta suhu yang bersahabat sekitar 20 derajat Celcius di musim gugur menemani obrolan kami bersama Siswanto dan Amri pada Senin, 23 Oktober 2023. Di awal obrolan, Siswanto sempat sedikit curhat soal bahasa yang menjadi tantangan untuk bekerja di Jepang.
"Bahasa itu menjadi tantangan yang cukup tinggi di sini," kata Siswanto yang sekitar 5 bulan lebih sudah bekerja di Jepang.
Total nantinya Siswanto akan tinggal di Jepang selama 1 tahun. Setelahnya dia akan kembali ke Indonesia dan membagikan ilmu yang didapatnya untuk mengembangkan inovasi di Isuzu.
![]() |
Siswanto berkisah bila proses produksi di Isuzu yang sebelumnya manual kini lebih banyak menggunakan robot. Untuk di Fujisawa Plant sendiri sekitar 95 persen proses produksi menggunakan robot. Tenaga manusia digunakan untuk urusan quality control.
"Sistematiknya jauh berbeda. Banyak alat-alat baru, banyak metode baru," kata Siswanto.
"Setelah kami kembali di Indonesia nanti, kami pasti akan membawa inovasi yang terinspirasi dari apa yang kami dapatkan di sini," sambung Siswanto.
Di sisi lain, gegar budaya atau culture shock sempat pula dialami Siswanto dan Amri. Namun hal itu tidak menjadi halangan bagi mereka.
"Tiga minggu awal pasti capek, selanjutnya pasti adaptasi," imbuh Amri.
IAMI memang mengharapkan melalui program OJT ini nantinya pengetahuan dan kecanggihan manufaktur di pabrik Isuzu Jepang secara bertahap ditransfer teknologinya ke pabrik Isuzu di Indonesia, termasuk pula transfer keahlian dan budaya kerja di sisi human capital atau SDM. Pengalaman tersebut pun tak jarang mengubah pola pikir serta etos kerja seperti halnya diceritakan oleh Erwin Sinaga, yang menjadi salah satu peserta dalam OJT.
![]() |
"Pengalaman yang paling saya suka, saya belajar bagaimana kejujuran dijunjung tinggi, bahkan terhadap diri sendiri. Kalau kita tidak mampu kerja, ya harus kita utarakan sehingga jadi kebiasaan yang baik dan membuat ketertiban. Pernah suatu ketika, ada perayaan di malam hari, paginya sudah rapi lagi (tidak ada sampah). Itu bentuk kejujuran, yang menimbulkan ketertiban. Di pabrik pun seperti itu juga," kata Erwin yang saat ini Erwin bertugas sebagai Officer di Departemen Planning Control Delivery (PCD) Isuzu Indonesia.
"Isuzu Indonesia rutin mengirim karyawannya untuk training di Jepang. Saya ditugaskan 6 bulan, sebulan pertama belajar bahasa dan budaya. Mulai kerja bulan kedua, sampai bulan ke enam. Lalu ada dua minggu training Isuzu Monozukuri, yakni belajar standar proses manufaktur serta manajemen," imbuhnya.
(dhn/lth)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar