Produsen mobil asal Jerman, BMW, menganggap serius mobil buatan pabrikan China. Secara umum, pabrikan China sedang berkembang pesat. Di sisi lain desain mobil China sudah tidak lagi sekadar copy paste yang ketinggalan zaman.
Brand China yang berada di segmen premium misalnya, Hongqi lewat H9 atau E-HS9. Adopsi desainnya mewah ala-ala mobil Eropa. Atau merek Xpeng yang juga mulai dipasarkan di Eropa, punya SUV bongsor G9. Di Indonesia saat ini baru ada tiga merek; DFSK, Wuling, dan Chery.
Jean-Philippe Parain, Senior Vice President BMW Group Sales Region Asia-Pacific, Eastern Europe, Middle East and Africa menjelaskan kiprah mobil China tidak bisa dipandang sebelah mata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami harus melihat semua kompetitor dengan serius. Karena kita lihat Tesla, merek lain, merek China, mereka sedang berusaha keras untuk mencapai level yang setara dengan merek Eropa," ujar Jean saat berbincang dengan detikcom di Sunter, Jakarta Utara.
Jean-Philippe Parain menegaskan, BMW punya elemen pembeda mulai dari awareness, reputasi, dan warisan, yang belum ditemukan pabrikan China. BMW salah satunya punya warisan sejarah panjang dalam pembuatan mobil, apalagi hal ini cukup menantang bagi merek yang bertarung di segmen premium.
"Aku pikir kita punya satu perbedaan besar dibanding brand lain, kami merupakan brand yang punya sejarah, kami punya brand image kuat yang dibangun bertahun-tahun, kepercayaan, dan kualitas terhadap produk, jaringan dealer berkualitas, resale value dari kendaraan, semua elemen itu benar-benar sangat penting," ujar dia.
"Kami perusahaan yang sudah berumur lebih dari 100 tahun, jadi kami tahu bagaimana membuat mobil yang terbaik di dunia, jadi aku pikir yang lain masih belajar, tapi mereka berkembang dengan pesat, dan kami harus memandangnnya dengan serius," kata dia.
BMW punya sejarah besar, tapi kini brand China mulai gencar memainkan model elektrifikasi. Bahkan Bos BMW, Oliver Zipse mengakui ada fitur-fitur dari BMW yang didaposi dari mobil buatan China.
"Sudah ada banyak fitur di mobil kami yang terinspirasi oleh China. Ini termasuk, misalnya, sistem hiburan belakang di BMW i7," demikian dikutip dari Chinadaily.
Zipse mengatakan i Vision Dee, sebuah kendaraan konsep yang tampil perdana di Asia di pameran mobil Shanghai, adalah model lain yang mendapatkan banyak masukan dari China.
BMW memiliki lebih dari 3.200 orang dalam hal penelitian dan pengembangan serta insinyur teknologi informasi di China, yang merupakan jaringan R&D terbesar perusahaan di luar Jerman. Zipse mengatakan karya inovatif para insinyur BMW di China dapat membantu perusahaan menghadapi tantangan yang mungkin dihadapi di bagian lain dunia dengan lebih baik.
China juga merupakan rumah bagi fasilitas manufaktur terbesar BMW, dengan kapasitas gabungan tahunan sebesar 830.000 unit. Pada kuartal pertama 2023, grup mobil yang berbasis di Munich itu menjual hampir 20.000 kendaraan listrik di China.
(riar/rgr)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Sertifikat Kursus Nyetir Jadi Syarat Bikin SIM, Gimana kalau Belajar Sendiri?
Difatwa Haram, Truk Pembawa Sound Horeg Masuk Kategori ODOL?