Mobil Listrik Disebut Laku Kalau Penjualannya 40-50 Ribu Unit per Tahun

Mobil Listrik Disebut Laku Kalau Penjualannya 40-50 Ribu Unit per Tahun

Luthfi Anshori - detikOto
Senin, 29 Mei 2023 17:10 WIB
Hyundai Ioniq 5 di KTT ASEAN 2023
Mobil listrik Hyundai Ioniq 5. Foto: Dok. Hyundai
Jakarta -

Mobil listrik sedang menjadi tren di Indonesia. Meski begitu, mobil listrik dinilai belum terlalu laku di pasaran. Mobil listrik disebut laku kalau penjualannya menyentuh angka sekitar 40-50 ribu unit per tahun.

Hal itu dikatakan oleh Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi. Menurut Nangoi, volume penjualan mobil listrik BEV alias Battery Electric Vehicle masih terlalu kecil. Penjualan mobil listrik full baterai di Indonesia pada 2022 hanya menyentuh 10.327 unit.

"Kalau Anda nanya, banyak mobil listrik mulai dijual, iya memang cukup banyak. Tapi kalau kita bicara mengenai volume, itu masih kecil sekali. Contohnya di tahun 2021, pure mobil listrik (murni) yang dijual cuma sekitar 600 unit. Kemudian di tahun 2022 itu melonjak jadi 10 ribu unit lebih, itu sudah luar biasa sekali," kata Nangoi di Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Umum Gaikindo Yohannes NangoiKetua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi Foto: Luthfi Anshori/detikOto

Meski begitu, angka 10 ribu unit per tahun itu masih tergolong kecil. Sebagai perbandingan, satu model mobil konvensional bisa terjual hingga 40 ribu sampai 50 ribu unit per tahunnya.

ADVERTISEMENT

"Angka (penjualan mobil listrik) 10 ribu satu tahun masih terbilang kecil untuk suatu industri otomotif. Jadi yang saya tahu adalah bahwa, apabila Anda membuat satu model mobil, misal itu Toyota, Daihatsu, atau Honda, minimal itu penjualannya harus di angka 200 ribu sampai 250 ribu mobil, baru dia dianggap cukup baik lah (penjualannya)," sambung Nangoi.

Lanjut Nangoi menambahkan, target penjualan 200 ribu sampai 250 ribu mobil itu pun tidak boleh terlalu lama. Jadi paling lama, target penjualan itu sekitar 4-5 tahun. Sebab jika sudah masuk periode 5 tahun, mobil biasanya akan disegarkan ulang, entah dalam bentuk facelift maupun all new.

"Berarti dengan kata lain, dengan 200 ribu - 250 ribu mobil, terus dibagi 5 tahun, terus dibagi 5 tahun, maka per tahun itu harus jual rata-rata 40 ribu sampai 50 ribu mobil. Nah, kalau di Indonesia mobil listrik tahun 2022 aja baru terjual 10 ribu, hampir nggak mungkin bahwa sudah ada orang berani langsung bikin mobil listrik made in Indonesia. Nggak bisa, economic of scale-nya nggak masuk," bilang Nangoi.

"Kalau economic scale-nya masuk, minatnya sudah ada, pasti akan ada orang. Saya kasih contoh, seperti Toyota dan Daihatsu kolaborasi bikin Agya sama Ayla, atau gak Honda bikin Mobilio dan Brio Satya, itu volumenya cukup baik. Nah, otomatis lokal komponennya sudah mencapai 90%, sehingga orang berlomba-lomba membuat. Tapi kalau itu volumenya baru 10 ribu, nggak berani. Kalau Anda sebagai pengusaha, Anda berani? Investasi langsung sekian puluh triliun untuk bikin mobil dengan penjualan segitu? Lalu misal mendadak dua tahun lagi, mobil listrik hilang terus ganti mobil lainnya? Nggak bisa. Jadi yang bisa adalah, kita buat komponen-komponennya dulu," ujar Nangoi.




(lua/dry)

Hide Ads