Orang Indonesia Beli Mobil Sudah Tanya Harga Jualnya, Bikin Ragu Beli Mobil Listrik

Orang Indonesia Beli Mobil Sudah Tanya Harga Jualnya, Bikin Ragu Beli Mobil Listrik

Luthfi Anshori - detikOto
Sabtu, 27 Mei 2023 13:12 WIB
Infografis tarif SPBU Listrik RI Vs Negara Maju
Orang Indonesia masih ragu beli mobil listrik salah satunya adalah soal harga jualnya kembali. Foto: Infografis detikcom/Denny
Jakarta -

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengakui kebijakan subsidi mobil listrik oleh pemerintah telah memberi dampak terhadap penjualan mobil listrik di Indonesia. Tapi Gaikindo menggarisbawahi jika hasilnya, untuk sementara ini, masih di bawah ekspektasi.

Pemerintah memberikan subsidi terhadap pembelian mobil listrik baru per 1 April 2023. Subsidi yang dimaksud berupa insentif PPN atau Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku hingga Desember 2023. Lewat insentif, masyarakat yang mau beli mobil listrik hanya perlu menanggung PPN sebesar 1%, sedangkan 10% sisanya dibayarkan pemerintah.

Tapi tidak semua mobil listrik yang dijual di Indonesia bisa mendapatkan insentif PPN itu. Disyaratkan, dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 38 tahun 2023 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Bus Tertentu yang Ditanggung Pemerintah tahun Anggaran 2023, hanya mobil listrik dengan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40% yang boleh mendapatkan insentif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengacu pada aturan itu, baru ada dua mobil listrik yang bisa mendapatkan insentif PPN yaitu Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air ev. Berkat insentif itu, harga Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air ev bisa terpangkas hingga Rp 70 jutaan.

Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, mengakui kebijakan tersebut sudah mulai memberi dampak terhadap penjualan mobil listrik di Indonesia. Meski begitu, Nangoi punya harapan jika penjualan mobil listrik seharusnya bisa lebih banyak lagi.

ADVERTISEMENT

"Sudah mulai (berdampak kebijakan subsidi mobil listrik itu). Kalau kita lihat Januari, Februari, Maret belum keluar (kebijakannya). Begitu sudah diputuskan, baru mulai naik lagi (penjualannya). Tapi kan diharapkan bisa lebih tinggi (lagi) dari tahun lalu (itu) belum tercapai," kata Nangoi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (24/5/2023).

Mengutip data distribusi wholesales yang dirilis Gaikindo periode April 2023, penjualan mobil listrik mengalami peningkatan. Pada bulan keempat 2023, penjualan mobil listrik di Indonesia mencapai 1.285 unit atau naik dari sebelumnya 1.112 unit.

Khusus untuk dua mobil listrik yang mendapatkan subsidi penjualannya juga meningkat meski tidak terlalu signifikan. Hyundai Ioniq 5 misalnya, kalau pada Maret terdistribusi sebanyak 592 unit maka pada April jumlahnya menjadi 716 unit. Sementara Wuling Air ev yang pada Maret distribusinya 421 unit, pada April meningkat jadi 450 unit.

Hyundai Ioniq 5 meluncur di IIMS 2022Hyundai Ioniq 5 Foto: (Ridwan Arifin/detikOto)

Alasan Mobil Listrik Masih Kurang Diminati Meski Sudah Disubsidi

Nangoi juga menjelaskan alasan mengapa penjualan mobil listrik tidak meroket atau melonjak signifikan kendati sudah diberikan subsidi oleh pemerintah RI. Menurut Nangoi, masih banyak masyarakat yang ragu-ragu beli mobil listrik. Ini lantaran sifat alamiah konsumen Indonesia yang menganggap mobil sebagai barang investasi, sehingga mereka selalu mempertimbangkan resale value (harga jual kembali kendaraan) sebelum memutuskan membeli mobil baru.

"Insentif ini, jadi yang namanya subsidi itu sebetulnya adalah pengurangan pajak, bukan yang namanya kita dikasih duit, nggak ya. Dengan harapan, jika pajaknya dikurangi, penjualannya itu naik. Tapi kembali saya bilang, kalau barang yang dikasih itu barang yang eksis di Indonesia, harusnya jalan (banyak yang beli)," bilang Nangoi.

"Saya kasih contoh, waktu tahun 2020 terjadi pandemi Covid, kami berdiskusi dengan pemerintah, akhirnya di Januari 2021 kita telurkan yang namanya subsidi atau disebut pengurangan pajak barang mewah, untuk produk yang mana? yang sudah dijual di Indonesia, langsung penjualannya loncat. Karena orang yang sudah perlu, begitu disubsidi dia beli," tambah dia.

"Tapi kalau mobil listrik, ini kan barang baru. Hidrogen (misalnya)? Disubsidi, belum tentu laku di Indonesia. Beda situasinya. Nah, sebetulnya kalau menurut saya, beberapa langkah itu sudah betul, pemerintah memberi subsidi untuk yang namanya mobil listrik, kemudian infrastruktur harus kita bereskan, kemudian informasi kepada masyarakat juga harus kita perkuat, salah satunya ya lewat pameran GIIAS ini. Kita edukasi terus keuntungan, kerugiannya (pakai mobil listrik)," sambungnya lagi.

"Karena penduduk Indonesia itu kalau beli mobil, baru beli mobil hari ini udah langsung nanya 'harga jual mobil bekasnya nanti seperti apa?'. Kita belum tahu harga bekas (dari mobil listrik) ini seperti apa, (mereka konsumen) ragu-ragu. Jadi walaupun (pajaknya) diturunin 10%, tapi kalau saya (konsumen) jualnya (lagi) turunnya 50%, nanti dulu, kan begitu kira-kira. Jadi ini yang musti kita yakinin (ke konsumen) dulu pelan-pelan," bilang Nangoi.




(lua/dry)

Hide Ads