'Subsidi' berupa insentif PPN tak serta merta membuat mobil listrik jadi murah. Untuk itu, mobil listrik dinilai hanya cocok untuk orang berduit.
Pemerintah memberikan insentif PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10% terhadap pembelian mobil listrik. Insentif PPN tersebut cukup berdampak pada harga jual mobil listrik. Dari belasan mobil listrik yang dijual di Indonesia, sejauh ini baru ada dua model yang memenuhi persyaratan mendapat insentif PPN.
Adalah Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air ev yang diketahui memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 40% sesuai syarat dalam Peraturan Menteri Keuangan no. 38 tahun 2023. Insentif PPN itu rupanya memangkas harga mobil listrik Wuling Air ev dan Hyundai Ioniq 5. Harga Wuling Air ev misalnya terpotong Rp 20 jutaan berkat 'subsidi' tersebut. Sedangkan Hyundai Ioniq 5 diperkirakan bakal turun di kisaran Rp 70-80 jutaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dihitung-hitung dengan potongan PPN, harga Wuling Air ev dibanderol Rp 222-273 jutaan. Dengan harga itu, Wuling Air ev masih lebih mahal dari jajaran mobil 'murah' di segmen Low Cost Green Car (LCGC). Sebagai perbandingan, harga LCGC paling mahal saat ini berada di kisaran Rp 190 jutaan. Dengan harga segitu, Wuling Air ev bakal bersaing dengan deretan mobil di segmen yang cukup populer yaitu Low MPV sekelas Avanza cs.
Apalagi Hyundai Ioniq 5, setelah dipotong 'subsidi' harganya masih Rp 700 jutaan. Padahal rata-rata kemampuan masyarakat Indonesia membeli mobil dalam catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) berada di kisaran Rp 200-300 jutaan. Adapun pemberian insentif mobil listrik ditujukan agar harganya lebih terjangkau. Dengan begitu, masyarakat mau beralih menggunakan kendaraan tanpa asap.
"Kita semua di sini, untuk membuat sejarah baru dengan berinisiatif menerbitkan insentif KBLBB sebagai langkah awal untuk meningkatkan keterjangkauan harga dan daya beli terhadap kendaraan listrik yang lebih luas, serta memajukan industri otomotif energi baru," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Namun bila melihat penempatan harga itu, insentif mobil listrik dinilai belum cukup membuat masyarakat beralih. Tak cuma itu, mobil listrik juga disebut lebih cocok untuk orang kaya, terlebih dengan harga yang masih di atas jangkauan rata-rata masyarakat.
"Kendala harga yang mahal dan keterbatasan infrastruktur pengisian daya listrik hanya akan membuat mobil listrik lebih cocok untuk segmen menengah atas yang tidak terlalu price sensitive," kata pengamat otomotif Yannes Martines Pasaribu saat dihubungi detikOto baru-baru ini.
Yannes menambahkan, saat ini masyarakat belum sepenuhnya sadar soal lingkungan yang lebih bersih. Sehingga sekalipun ada insentif, belum sepenuhnya masyarakat mau beralih menggunakan kendaraan ramah lingkungan.
"Mostly, mobil listrik masih lebih menjadi kendaraan gaya hidup semata untuk kelompok masyarakat berduit yang FOMO (Fear of Missing Out)," tutur dosen ITB itu.
(dry/rgr)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP