Mengintip Kiprah Mobil Prancis di Indonesia, Kalah Laris dari Mobil China

ADVERTISEMENT

Mengintip Kiprah Mobil Prancis di Indonesia, Kalah Laris dari Mobil China

Dina Rayanti - detikOto
Minggu, 01 Jan 2023 15:10 WIB
Peugeot 2008
Mobil Prancis Peugeot. Foto: Astra Peugeot
Jakarta -

Mobil merek Prancis memang sudah eksis di Indonesia dari dulu. Sebut saja merek Peugeot, Renault, bahkan baru-baru ini ada Citroen yang kembali meramaikan pasar otomotif Indonesia. Secara harga, kalau diperhatikan tidak terlampau jauh dengan mobil-mobil Jepang.

Namun bila bicara penjualan, mobil Prancis justru masih kalah laris. Bahkan dengan pendatang baru asal Negeri Tirai Bambu penjualannya juga kalah laris.

Renault Kwid ClimberRenault Kwid Climber punya harga setara LCGC. Foto: Renault

Setidaknya dalam lima tahun terakhir, mengutip data distribusi retail yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kalaupun digabung jumlahnya tak sampai 1.000 unit. Misalnya pada tahun 2017, penjualan Renault hanya menyentuh 479 unit sementara Peugeot 33 unit. Sekadar perbandingan dengan Wuling yang kala itu baru masuk tahun pertama, penjualannya mencapai 3.268 unit.

Berlanjut pada tahun 2018, penjualan mobil China Wuling terus meningkat. Pendatang baru asal China, DFSK pun membukukan penjualan wholesales lebih banyak ketimbang Peugeot maupun Renault. DFSK, mencatatkan penjualan retail sebanyak 839 unit. Sementara Wuling Di tahun keduanya mencapai 15.162 unit.

Masuk ke tahun 2019, Wuling tampak makin dikenal masyarakat Indonesia, begitu pula dengan DFSK. Penjualan Wuling dari dealer ke konsumen tercatat merangkak naik menjadi 21.112 unit pada tahun ketiga. Pun dengan DFSK, juga terlihat laris. Ada 3.260 unit mobil DFSK laris di pasaran. Sementara Peugeot, penjualannya hanya mencapai 129 unit dan Renault 325 unit.

Tahun 2020 di saat pandemi melanda, sejumlah pabrikan mencatat penurunan penjualan. Tak terkecuali Wuling yang penjualannya terlihat sangat merosot. Wuling hanya menorehkan penjualan sebanyak 9.523 unit. Sedangkan DFSK penurunannya tidak drastis dari 3.260 unit menjadi 2.424 unit. Peugeot dan Renault pun terbilang cukup stabil semasa pandemi. Renault mencat penjualan retail sebanyak 330 unit sementara Peugeot 212 unit.

Tren itu masih berlanjut hingga tahun ini. Wuling dan DFSK masih sanggup mencatat penjualan hingga ribuan unit. Pada Januari-November 2022, DFSK sanggup menjual 2.150 unit mobilnya ke konsumen. Wuling 10 kali lipat lebih banyak yakni mencapai 21.935 unit. Peugeot juga mencatatkan peningkatan meski tidak drastis.

Selama 11 bulan tahun 2022, Peugeot telah melepas 433 unit mobilnya ke konsumen. Sementara Renault diketahui tidak lagi melaporkan penjualannya ke Gaikindo. Kendati penjualannya tidak sebanyak mobil Jepang maupun China, baik Renault maupun Peugeot masih eksis menghiasi pasar otomotif Tanah Air hingga kini.

Pengamat otomotif sekaligus dosen ITB Yannes Martines Pasaribu menilai ada beberapa faktor yang membuat mobil Prancis kurang laris di pasaran salah satunya adalah biaya perawatan.

"Mobil Prancis dan Eropa walau di kelas-kelas low semakin tidak mahal harga barunya, namun cenderung berbiaya lebih tinggi biaya perawatannya dibandingkan dengan mobil Jepang, Korea dan China, akibat ketidaksiapan dukungan jejaring 3S (Sales-Service-Spareparts) yang kuat, luas, dengan biaya yang kompetitif," kata Yannes saat dihubungi detikOto belum lama ini.

Hal itu, kata Yannes, menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang ingin meminang mobil Prancis. Belum lagi kebanyakan masyarakat Indonesia masih menyorot soal harga jual kembali. Kata Yannes, harga jual kembali mobil merek Eropa umumnya tak sebagus mobil merek Jepang.



Simak Video "Jurus Wuling Hadapi Pandangan soal Mobil China"
[Gambas:Video 20detik]
(dry/rgr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT