Toyota Indonesia: Emisi Karbon Musuh Bersama, Tanpa Kolaborasi Sulit Dihapus

Toyota Indonesia: Emisi Karbon Musuh Bersama, Tanpa Kolaborasi Sulit Dihapus

Ridwan Arifin - detikOto
Rabu, 12 Okt 2022 10:15 WIB
Toyota Kijang Innova Listrik muncul di IIMS 2022
Toyota Innova listrik yang sempat dipamerkan pada awal tahun ini. Toyota mengatakan emisi karbon menjadi musuh bersama yang bisa dikalahkan dengan kolaborasi berbagai pihak (Foto: Agung Pambudhy/detikOto)
Jakarta -

Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandy Julyanto, menyebut emisi karbon adalah musuh bersama. Lewat kalimat ini, Toyota ingin berkolaborasi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) Indonesia ada tahun 2060.

"Carbon is our enemy, karbon merupakan musuh kita bersama, dan tanpa kolaborasi semua sektor akan sangat sulit untuk mewujudkan target net zero emission," ujar Nandy Julyanto saat seminar di Institut Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/10/2022).

Emisi karbon pada berbagai sektor harus dipangkas, bahkan dihilangkan digantikan dengan energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Nandy mengatakan terutama sumber energi yang diadopsi harus menggunakan EBT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita perlu garisbawahi bersama bahwa kontribusi sektor energi dalam mengadopsi energi baru terbarukan (EBT) sangatlah penting untuk mencapai net zero emission. EBT merupakan bagian dari integrasi dan kunci keberhasilan menuju energi bersih, ramah lingkungan sebagai energi alternatif pengganti konvensional seperti bahan bakar fossil yang saat ini masih menjadi sumber energi utama," kata Nandy.

Selain mengenalkan produk dengan konsep multi pathway, dari hybrid hingga Battery Electric Vehicles. Toyota saat ini sudah mulai menggunakan energi terbarukan dalam proses manufacturing.

ADVERTISEMENT

"Di Toyota kami mendukung komitmen mendukung penggunaan sumber EBT sebagai kontribusi dalam mengurangi emisi CO2, antara lain mempromosikan penggunaan bahan bakar bio, implementasi teknologi rendah emisi di proses produksi, memanfaatkan EBT secara bertahap di manufacturing," kata dia.

"Industri otomotif saat ini sedang bertransisi menuju elektrifikasi dan teknologi ramah lingkungan, Toyota ingin berkontribusi dengan fokus pada pengurangan emisi karbon dan efisiensi bahan bakar, dalam hal ini kami tidak hanya mengelola di hilirnya saja, atau di produk mobilnya saja, namun dimulai dari proses pembuatan untuk mendukung sumber energi yang ramah lingkungan di pembangkit-pembangkit," sambung Nandy.

Ironisnya, jika mengacu pada data potensi yang ada, terdapat ketidakseimbangan pasokan dan permintaan energi di masa mendatang. Energi terbarukan belum bisa dimanfaatkan untuk total kebutuhan energi Indonesia. Ambisi Indonesia menuju net zero emissions bisa pupus.

"Saat ini total potensi (EBT) kita adalah 417,8 giga watt, yang saat ini dimanfaatkan baru 2,5 persen (10,4 giga watt)" ujar Guru Besar ITS, Joni Hermana dalam paparannya di kesempatan yang sama.

Lebih lanjut ektrifikasi akan menjadi sia-sia, jika tidak diiringi konversi pembangkitan listrik fosil menggunakan energi terbarukan.
Emisi karbon hanya dipindahkan ke pembangkit. Oleh karenanya, seluruh pembangkit fosil perlu diganti dengan pembangkit energi terbarukan.

"Ketika ingin beralih kepeda sistem EBT. Kita hanya fokus kepada tranportasimenjadi pengguna terbesar. Kalau kita hanya mengganti energi listrik, sementara itu sumbernya batu bara, pengurangan karbon tidak signifikan," kata dia.




(riar/din)

Hide Ads