Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia bukan hanya sekali dua kali terjadi. Harga BBM yang naik disinyalir bisa berimbas pada konsumsi masyarakat terhadap belanja kendaraan bermotor. Tapi bagaimana faktanya?
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara memaparkan data penjualan Gaikindo saat kenaikan BBM yang terjadi di masa lalu. Menurut data yang disampaikan, penjualan BBM naik malah bikin penjualan naik.
"Tahun 2003 pernah ada kenaikan bahan bakar, 2004 naik lagi harga bbmnya. Kemudian disusul tahun 2005. Namun di sepanjang 3 tahun itu kondisinya menarik. Melihat penjualan grafik 2003, 2004, 2005 itu naik, dari ke 354 (ribu) ke 534 (ribu)," ungkap Kukuh saat diskusi virtual bersama Forum Wartawan Otomotif, Kamis (15/9/2022).
"Dalam kurun waktu itu kenaikan bahan bakar tidak berpengaruh ke penjualan kendaraan bermotor," jelas dia.
Lebih lanjut Kukuh juga membagikan data penjualan saat BBM mengalami kenaikan pada tahun 2012 dan 2013. Pola kenaikan penjualan juga terjadi dalam kurun waktu tersebut. Pada 2012, Gaikindo mencatat penjualan mencapai 894 ribu unit, dan setahun berikutnya naik jadi 1,16 juta unit.
"Kejadian ini berulang lagi di tahun 2012, 2013, di mana ada kenaikan bahan bakar. Saat itu pun kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi bagus di 6,2 (persen) di 2012, dan sekitar 5,78 (persen) di 2013. Dua tahun itu penjualan kendaraan bermotor juga naik walaupun ada kenaikan bahan bakar," terang dia.
"Kita harapkan dari data-data sejarah seperti itu, kita harapkan kenaikan kali inipun tidak berpengaruh terhadap penjualan kendaraan bermotor," sambungnya.
Hal senada juga diungkapkan Program Director Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti, kenaikan BBM sudah terjadi beberapa kali di era Presiden Jokowi, tetapi imbasnya terhadap industri otomotif tidak signifikan.
Dalam data yang disampaikan INDEF, penjualan mobil juga naik meski harga BBM naik dalam beberapa tahun belakangan. Misalnya 2015 (1,013 juta), 2016 (1,061 juta), 2017 (1,079 juta), dan 2018 (1,151 juta). Lalu anjlok pada 2020, hanya mencapai angka 500 ribuan unit, namun faktornya bukan karena kenaikan BBM, melainkan pandemi COVID-19.
"Pada tahun 2020 ini anjlok, terbatas juga mobilitas kita, lockdown, orang lebih stay at home karena takut terinfeksi covid, kebijakan lebih banyak WFH, kuliah online, sehingga orang membatasi konsumsi," kata Esther.
"Pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi juga minus, melihat fenomena tersebut pemerintah ingin menggerakkan konsumsi dengan memberikan PPnBM, ternyata tax reduction membeli mobil dari yang tadinya (penjualan) 578 ribu (2020) menjadi 863 ribu (2021). Jadi ini sangat signifikan," jelas dia.
"Saya yakin tahun 2022 meskipun ada kenaikan BBM ini tidak terlalu berpengaruh, satu-satunya yang berpengaruh untuk penjualan mobil adalah pandemi, krisis, atau kebijakan fiskal atau moneter yang berkaitan dengan penjualan motor dan mobil," sambung Esther.
Simak Video "Data Membuktikan, BBM Naik Belum Pernah Bikin Penjualan Mobil Turun"
[Gambas:Video 20detik]
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Kendaraan Hilang Lapor Polisi, Kena Biaya Berapa?
Bikin Orang Malas Bayar Pajak, BBN Kendaraan Bekas dan Pajak Progresif Dihapus
Rossi Pernah Sebut Marquez 'Biang Masalah' di MotoGP, Kini Banyak yang Percaya?