Pertalite tidak lagi bisa dikonsumsi sembarang mobil. Mulai September, pembelian Pertalite bakal diatur. Hanya kendaraan yang memenuhi kriteria bisa tetap membeli Pertalite di SPBU. Kabarnya, hanya mobil di bawah 1.500 cc dan motor di bawah 250 cc yang nantinya masih diizinkan membeli Pertalite.
Meski diperbolehkan, nyatanya mengisi BBM mobil juga tetap harus disesuaikan dengan rasio kompresi mesinnya. Perlu diketahui Pertalite memiliki Research Octane Number (RON) 90. Maka dari itu, Pertalite hanya cocok untuk jenis kendaraan dengan rasio kompresi mesin 9:1 sampai 10:1.
Model mobil dengan rasio kompresi mesin 9:1 hingga 10:1 ini banyaknya ditemukan pada mobil lansiran tahun 2014 ke bawah. Tapi tidak menutup kemungkinan juga mobil baru memiliki rasio kompresi mesin 9:1 sampai 10:1.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila rasio kompresi mesin di atas itu, maka mobil sebaiknya mengkonsumsi BBM dengan RON lebih tinggi. Salah satu contohnya adalah mobil LCGC. LCGC memiliki rasio kompresi mesin di atas 10:1. LCGC Toyota Agya misalnya memiliki rasio kompresi mesin 11,1:1.
Sementara Toyota Calya rasio kompresi mesinnya 11,5:1. Spesifikasi mesin dengan rentang rasio kompresi 10 sampai 11 harusnya menggunakan BBM dengan RON minimal 92 sekelas Pertamax. Sementara Pertalite hanya untuk kendaraan dengan kompresi 9:1 hingga 10:1.
Jikalau dipaksa, tentu dampaknya ke performa mobil. Head Dealer Technical Support PT Toyota-Astra Motor (TAM) mengatakan, karena didesain untuk menenggak RON 92 ke atas, akan ada efek jangka pendek dan jangka panjang jika LCGC mengonsumsi Pertalite.
"Mohon maaf, LCGC kan kita peruntukkan pakai RON 92 ya, namun kan kita nggak bisa memonitor customer pakainya apa. Yang dikeluhkan (jika menggunakan BBM di bawah RON 92) adalah ngelitik," kata Didi belum lama ini.
Bila sudah mengelitik dan didiamkan maka bisa menimbulkan dampak yang lebih buruk lagi. Kalau sudah begitu, ujung-ujungnya kamu harus merogoh kocek lebih dalam hanya untuk membetulkannya gegara tak isi BBM sesuai spesifikasi.
"Kalau ngelitik ya sudah pasti harus dibersihkan. Kalau masih bisa diselamatkan mungkin bisa menggunakan chamber cleaner. Tapi kalau sudah parah ya mungkin harus turun separuh mesin, top head atau bagian atas doang yang dibersihkan. Katup-katup dan permukaan di piston yang paling bermasalah yang pernah kita lihat," tambah Didi.
(dry/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah