Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo mengajak para produsen otomotif seperti Morris Garage untuk segera terjun ke pasar kendaraan listrik. Ia pun mengajak Morris Garage mengembangkan kendaraan listrik dan membuka pabrik produksinya di Indonesia.
Ketika menerima 2 unit mobil Morris Garage, Ketua MPR RI ini mengatakan sebagai konsumen dan pencinta otomotif ia mengapresiasi kendaraan berbahan bakar minyak yang diproduksi Morris Garage. Dari desain eksterior dan interior, maupun dari segi mesin dan teknis lainnya, tidak kalah hebat dibandingkan pabrikan otomotif lainnya.
"Jauh lebih bagus lagi jika Morris Garage bisa segera mengembangkan kendaraan listrik dan membuka pabrik produksinya di Indonesia. Selain memiliki cadangan nikel terbesar dunia, pemerintah melalui UU Cipta Kerja juga telah memberikan banyak kemudahan kepada para investor untuk membangun pabrik di Indonesia," ungkap Bamsoet dalam keterangannya, Kamis (14/7/2022).
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan pasar kendaraan listrik di Indonesia sangat besar. Terlihat dalam grand strategi energi nasional yang disusun Kementerian ESDM, diproyeksikan pada tahun 2030 nanti jumlah kendaraan listrik di Indonesia sudah menembus 2,2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.
"Sebagai catatan, hingga Maret 2022, Kementerian Perhubungan mencatat sudah ada 16.060 unit kendaraan listrik yang digunakan di Indonesia. Menunjukan betapa besarnya minat masyarakat terhadap kendaraan listrik. Karenanya, para produsen otomotif harus segera mempersiapkan diri, khususnya dengan membangun pabrik kendaraan listrik di Indonesia, sehingga biaya produksi bisa lebih murah dan bisa dengan mudah menjual ke pasar Indonesia," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini memaparkan, dari hasil kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang kini sudah melebur kedalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dengan beralih ke kendaraan listrik, Indonesia bisa menurunkan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 51 juta barel (8,8 juta kiloliter) pada tahun 2030 dan sebesar 373 juta barel (setara dengan 64 juta kiloliter) pada tahun 2050.
"Dengan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per US$, maka potensi penghematan devisa dari penurunan impor bensin bisa mencapai US$ 5,86 miliar (sekitar Rp 87,86 triliun) pada tahun 2030 dan meningkat menjadi US$ 82,20 miliar (sekitar Rp 1.232,93 triliun) pada tahun 2050," tutur Bamsoet.
Simak Video "Bukan Lagi Tesla, Ini Raja Mobil Listrik Dunia!"
(ega/ega)