PT Sokonindo Automobile atau DFSK Indonesia menampik melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak. Menurut DFSK, pihaknya telah memenuhi kewajiban untuk membayarkan kompensasi kepada karyawan terdampak PHK.
Sebelumnya, Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) menuntut DFSK Indonesia karena dianggap melakukan PHK secara sepihak tanpa memenuhi kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
FSPMI KSPI juga sudah beberapa kali melakukan aksi demonstrasi di depan kantor DFSK Indonesia guna menuntut perusahaan mempekerjakan kembali karyawan terdampak.
"Yang perlu disampaikan dalam hal ini adalah, PT. Sokonindo Automobile sudah memberikan kompensasi kepada para mantan karyawan yang telah di PHK, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia, termasuk memberikan kompensasi uang pesangon dan juga Tunjangan Hari Raya termasuk ke dalam komponen yang kami berikan kepada mantan karyawan kami," ungkap PR dan Media Manager PT Sokonindo Automobile Achmad Rofiqi saat dikonfirmasi detikOto, Rabu (13/4/2022).
Adapun kata Fiqi, keputusan PHK memang harus diambil DFSK Indonesia berkaitan dengan efisiensi perusahaan. Mengacu pada data distribusi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, penjualan DFSK secara retail cenderung stagnan.
Pun begitu saat pandemi melanda tahun 2020, DFSK masih bisa mendistribusikan 2.424 unit mobilnya. Sebelumnya, pada tahun 2019 distribusi retail DFSK berada di kisaran 3.260 unit. Tahun 2021 kondisinya mulai perlahan pulih. Penjualan DFSK secara retail menyentuh 2.933 unit. Tapi angka penjualan itu masih jauh dari kapasitas produksi yang bisa dioptimalkan pabrik DFSK di kawasan Cikande, Serang tersebut.
Pabrik DFSK yang telah mengadposi teknologi robotik itu mengklaim memiliki kapasitas produksi hingga 50.000 unit per tahun. Sejak tahun 2018, DFSK paling banyak memproduksi 5.263 unit mobil untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Pencapaian tersebut ditorehkan pada tahun 2021.
"Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang sulit, namun sudah sesuai dengan kebijakan perusahaan, dengan memperhitungkan kapasitas produksi dengan jumlah permintaan," kata Fiqi lagi.
(dry/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Mobil Jepang Mulai Banting Harga, Produsen China Santai