Invasi Rusia ke Ukraina, Krisis Chip Otomotif Bisa Makin Memburuk

Invasi Rusia ke Ukraina, Krisis Chip Otomotif Bisa Makin Memburuk

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Jumat, 25 Feb 2022 14:57 WIB
Pabrik Mercedes-Benz di Sindelfingen, Jerman, kembali melakukan produksi setelah sempat ditutup karena pandemi virus Corona (COVID-19).
Dampak invasi Rusia bisa membuat krisis chip makin berkepanjangan. Foto: AP/Matthias Schrader
Jakarta -

Industri otomotif dunia saat ini dihadapi dengan krisis chip semikonduktor. Krisis chip juga mempengaruhi industri otomotif di Indonesia. Invasi Rusia ke Ukraina diprediksi membuat krisis chip semakin berkepanjangan.

Krisis semikonduktor ini menghambat industri otomotif. Bahkan, krisis chip semikonduktor ini membuat pengiriman mobil terlambat ke konsumen. Ada pula pabrikan yang sampai mengorbankan satu model karena krisis semikonduktor.

Dikutip CNBC, invasi Rusia ke Ukraina bisa dapat semakin membebani pasokan chip semikonduktor di tengah kekurangan yang telah menyebabkan gangguan produksi global bagi perusahaan teknologi dan pembuat mobil selama lebih dari setahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, Rusia dan Ukraina adalah sumber penting gas neon dan paladium yang digunakan untuk memproduksi chip semikonduktor. Menurut perusahaan riset pasar yang berbasis di California, Techcet, pasokan neon yang digunakan untuk proses litografi untuk produksi chip banyak berasal dari Ukraina dan Rusia

Menurut Techcet, Rusia memproduksi neon, gas yang merupakan produk sampingan dari manufaktur baja, yang kemudian dipasok dan dimurnikan oleh perusahaan khusus Ukraina. Harga neon melonjak 600% terakhir kali Rusia menginvasi Ukraina pada 2014.

ADVERTISEMENT

"Ini akan berdampak. Ini akan terus membatasi sumber chip masuk ke industri otomotif," kata Presiden dan CEO Techcet Lita Shon-Roy kepada CNBC.

Rusia juga merupakan pemasok paladium utama, selain Afrika Selatan. Menurut Techcet, Rusia memasok sekitar 33% dari permintaan paladium secara global. Untuk industri otomotif, paladium juga merupakan logam utama yang digunakan untuk catalytic converter.

"Pasar otomotif akan merasakan itu pastinya," kata Lita Shon-Roy.

Diharapkan Pulih Semester 2

Head of Sales Operations and Product Management PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) Kariyanto Hardjosoemarto mengatakan, dampak krisis chip pada awal tahun ini lebih buruk dibanding tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan keterlambatan suplai dari pabrik yang secara simultan membuat pengiriman mobil ke konsumen terlambat.

"Kami melihat krisis chip semikonduktor ini masih berlangsung di semester 1 tahun ini. Dengan harapan, semester 2 bisa lebih baik," ujar Kariyanto, kemarin.

Menurutnya, krisis chip semikonduktor ini sudah masuk tingkat global. Penyelesaian, mitigasi hingga studi untuk mengatasi masalah ini dilakukan oleh Mercedes-Benz di tingkat kantor pusat di Jerman. Sementara di tingkat lokal, MBDI melakukan komunikasi dengan dealer dan konsumennya.

"Tentu yang kami bisa lakukan adalah mengkomunikasikan kepada para pelanggan setransparan mungkin, kepada para dealer juga, karena kendalanya customer sudah memesan tapi kejelasan kapan tiba tidak bisa dipastikan, atau mundur. Sehingga yang bisa kami lakukan di level market adalah me-mantain transparansi kepada dealer dan pelanggan," ucap Kariyanto.




(rgr/din)

Hide Ads