Krisis chip semikonduktor masih melanda industri otomotif. Hal ini memaksa pabrikan otomotif memangkas produksi mobilnya.
Berdasarkan laporan Nikkei Asia, beberapa produsen mobil di Jepang mengumumkan rencana pengurangan produksi mobil. Tak tanggung-tanggung, produksi mobil dari beberapa pabrikan Jepang dipangkas hingga 1 juta unit untuk tahun fiskal ini.
Pemangkasan produksi mobil tersebut disebabkan meningkatnya kasus COVID-19 di Asia Tenggara yang telah mempengaruhi pasokan chip semikonduktor dari kawasan ASEAN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toyota melaporkan akan merevisi perkiraan produksi mobil secara global menjadi 9 juta unit. Sebelumnya, Toyota menargetkan produksi mobil mencapai 9,3 juta unit. Bulan ini, Toyota berencana menurunkan jumlah produksi mobil hingga 70 ribu unit. Sementara pada Oktober mendatang, diprediksi Toyota harus memangkas lebih dari 330 ribu unit kendaraan.
Suzuki juga telah terpengaruh krisis chip cukup signifikan. Pabrikan yang bermarkas di Hamamatsu, Jepang, itu akan mengurangi produksi sebanyak 350.000 unit. Akibat krisis chip juga, operasional Suzuki di Jepang, Thailand dan Hungaria akan ditunda untuk sementara. Sedangkan di India yang menjadi salah satu pasar terbesar Suzuki diperkirakan hanya beroperasi sekitar 40% dari kapasitas normal bulan ini.
Sementara itu, Nissan telah mengumumkan akan menurunkan produksi sebesar 250.000 kendaraan. Honda pun memperkirakan penjualan akan turun sebesar 150.000 kendaraan sebagai akibat dari pengurangan produksi akibat krisis Chip. Mazda, Mitsubishi dan Subaru turut mengumumkan pengurangan produksi mobil. Dilaporkan, penurunan total produksi seluruh mobil dari pabrikan Jepang mencapai 1,05 juta unit.
Sebagian produsen otomotif memprediksi, langkanya komponen chip semikonduktor akan terus terjadi sampai 2022 mendatang. Bahkan, CEO Daimler AG memprediksi, krisis chip semikonduktor dapat terjadi sampai akhir tahun 2022 hingga masuk ke tahun 2023.
Dampak krisis chip semikonduktor tak lepas dari pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia. Hal ini membuat pemasok chip kesulitan untuk memproduksi dan mengirimnya. Sementara itu, perusahaan otomotif harus memangkas produksi mobil dan dibuat stres karena berpengaruh pada penjualan unit secara menyeluruh. Hampir seluruh produsen telah mengurangi jumlah produksi dan bahkan menghentikan operasional pabrik sementara waktu. Krisis chip juga membuat pengiriman mobil ke konsumen tertunda.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?