Hyundai Sarankan RI Kembangkan Mobil Listrik Ketimbang Hybrid

Hyundai Sarankan RI Kembangkan Mobil Listrik Ketimbang Hybrid

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Minggu, 04 Apr 2021 13:47 WIB
Hyundai Track Day 2021
Mobil listrik Hyundai Foto: Hyundai Motors Indonesia
Jakarta -

Indonesia tengah menuju elektrifikasi kendaraan bermotor. Banyak teknologi elektrifikasi, mulai dari mobil hybrid, plug-in hybrid, mobil listrik murni berbasis baterai, sampai mobil hidrogen.

Beberapa pabrikan sudah menjual kendaraan elektrifikasi itu di Indonesia. Saat ini, sudah ada mobil hybrid, plug-in hybrid dan mobil listrik yang telah dijual di Indonesia.

Tae-Uhn Kim, Vice President, Business Strategy Planning, Hyundai Motor Company, menjelaskan bahwa mobilitas yang ramah lingkungan atau clean mobility, terutama Battery Electric Vehicle (BEV) akan memainkan peran penting dalam mengatasi masalah polusi udara di Indonesia dan memulihkan pertumbuhan ekonominya setelah pandemi COVID-19.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memperluas penggunaan BEV bebas emisi untuk menggantikan kendaraan berbahan bakar diesel dan bensin dapat membantu pengurangan polusi dan secara bersamaan juga dapat mendukung Indonesia mewujudkan pembangunan ekonomi yang kuat dan juga ramah lingkungan," katanya dalam keterangan tertulis.

Tae-Uhm Kim menambahkan bahwa pemerintah Indonesia telah memulai kebijakan pendukung untuk Kendaraan Rendah Emisi Karbon atau Low Carbon Emission Vehicles (LCEV) yang mencakup Hybrid (HEVs) dan Plug-in kendaraan Hybrid (PHEV). Jenis kendaraan tersebut memiliki peran utama sebagai titik transisi akan adopsi kendaraan listrik secara penuh. Namun, kata dia, mobil hybrid masih dekat dengan bahan bakar fosil.

ADVERTISEMENT

"HEV dan PHEV masih berkontribusi untuk mengurangi polutan, namun ketergantungannya pada bahan bakar fosil tetap cukup tinggi; kapasitas baterai mereka hanya 1 ~ 2% dari BEV dan sebagian besar masih bermesin diesel atau berbahan bakar bensin. Menggunakan 'EV' di akhir nama mereka tidak berarti mereka EV murni; mereka masih lebih dekat dengan kendaraan berbasis bahan bakar fosil," kata Kim.

Sebagai perbandingan, Kim menunjukkan bahwa Belanda dan India pernah mendukung HEV dan PHEV sebagai langkah perantara. Namun, kedua negara tersebut tidak lagi menempuh jalur ini dan telah beralih ke kebijakan khusus BEV atau mobil listrik murni berbasis baterai.

Kim menekankan bahwa jalur pertumbuhan hijau adalah perubahan paradigma yang tidak mungkin terwujud tanpa kemauan kuat pemerintah, selain itu Kim turut menjelaskan bahwa pemerintah perlu menetapkan kebijakan yang tepat sejak awal karena pada saat pemerintah memberlakukan kebijakan tertentu, maka akan menimbulkan suatu ketergantungan.

"Saya pikir kebijakan yang aktif akan bekerja lebih baik dibandingkan dengan kebijakan yang diterapkan selangkah demi selangkah. Mempertimbangkan hal tersebut, saya merasa Indonesia perlu merancang kebijakan yang dapat mendorong adopsi BEV secara lebih luas," tutupnya.




(rgr/riar)

Hide Ads