Ada banyak informasi yang kurang tepat tentang perawatan ban. Informasi yang salah tersebut kerap didapatkan oleh para pemilik mobil ataupun pecinta otomotif. Alih-alih ingin merawat ban agar lebih awet, ternyata hal tersebut malah berakibat mengurangi performa ban dan bisa berefek terhadap keselamatan di jalan raya.
"Perawatan ban mobil tidak boleh disepelekan dan dianggap remeh. Sebab ban merupakan satu-satunya bagian dari kendaraan yang bersentuhan langsung dengan permukaan jalan," ujar Deputy Head of OE PT Bridgestone Tire Indonesia Fisa Rizqiano.
Berikut adalah 5 mitos mengenai perawatan ban yang sering ditemui menurutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Mengurangi Tekanan Angin di Musim Hujan
Saat musim hujan, jalanan yang basah dan penuh genangan air tak terhindarkan. Saat melewati jalan basah, sangat rentan untuk terjadinya hydroplaning atau aquaplaning. Kondisi ini terjadi saat ban mobil kehilangan penapakan atau traksi pada permukaan jalan.
Saat pengendara memilih untuk mengurangi tekanan angin pada ban, maka membuat kondisi ban dalam keadaan kempis atau telapak ban mudah terlipat. Sehingga kemampuan telapak ban untuk membuang air berkurang dan sangat rentan terjadi aquaplaning. Sebaiknya tekanan angin berada pada angka normal atau sesuai standar pabrikan mobil apapun kondisi jalan yang dilewati.
2. Menggunakan Ban Dalam pada Ban Tubeless Akan Membuatnya Semakin Kuat
"Mitos yang kedua ini sangat keliru. Ban dalam pada hakikatnya hanya berfungsi untuk menampung tekanan angin, ban dalam tidak berkontribusi untuk menambah kekuatan dalam menopang beban," tambahnya.
Komposisi ban tubeless sudah dilengkapi dengan inner linner yang terbuat dari bahan compound khusus sebagai pengganti ban dalam. Inner linner ini berfungsi untuk menjaga udara atau tekanan angin tidak keluar.
Apabila ban tubeless dipasangkan ban dalam, otomatis fungsi tubelessnya akan hilang, dan bila tertusuk akan langsung bocor (layaknya ban tube type). Ditambah lagi apabila terjadi kerusakan maka garansi pun akan otomatis tidak berlaku karena adanya kesalahan dalam pemakaian.
3. Mengurangi Tekanan Angin Saat Perjalanan Jauh
Mengurangi tekanan angin pada ban kendaraan akan semakin memicu pembangkitan panas. Ban menjadi mudah rusak akibat hal ini dan sangat berbahaya apalagi saat melakukan perjalanan jauh. Pengurangan tekanan angin juga berakibat daya topang ban terhadap beban berkurang.
Efek lain yang akan terjadi adalah kemudi/setir yang terasa berat, hambatan gulir yang semakin tinggi sehingga konsumsi bahan bakar akan semakin besar, respons ban saat menikung berkurang, performa pengereman yang berkurang, potensi terjadi aquaplaning, serta efek jangka panjang yaitu aus yang tidak rata.
4. Ganti Ban, Ban Baru Diletakkan di Depan
"Banyak orang yang mengatakan saat hanya mengganti 2 ban, maka sebaiknya ban yang baru tersebut diletakkan di bagian depan. Padahal pernyataan tersebut kurang tepat. Pabrik ban merekomendasikan ban dengan performa paling baik sebaiknya diletakkan pada bagian belakang," tambah Fisa.
Posisi bagian depan kendaraan dapat kita kendalikan dengan kemudi, sementara pada posisi belakang tidak dapat dikendalikan. Dengan demikian, ban dengan performa lebih baik sebaiknya diletakkan pada bagian belakang demi mendapatkan traksi yang mumpuni. Ketika kondisi ban belakang sudah aus, maka memungkinkan terjadi over steer saat berbelok di jalan yang basah dan kendaraan lebih sulit dikendalikan.
5. Mencampur Nitrogen dengan Angin Biasa pada Ban
Ketika ban yang sudah diisi dengan nitrogen mengalami kurang angin atau kempis, sebaiknya memang diisi kembali dengan nitrogen. Namun jika dalam keadaan darurat dan hanya tersedia angin biasa, untuk sementara ban bisa diisi oleh angin biasa. Hal ini boleh dan bahkan harus dilakukan daripada membiarkan ban digunakan dalam keadaan tekanan angin kurang. Efek mencampur nitrogen dengan angin biasa adalah sedikit mengurangi kemurnian kandungan Nitrogen.
Efek dari mitos-mitos tersebut sangat berpengaruh terhadap keselamatan di jalan raya. Maka percayakan lah perawatan ban kepada ahlinya. Pemilik kendaraan dapat mengunjungi bengkel mobil yang sudah memiliki peralatan memadai untuk melakukan merawat ban, misalnya, Toko Model (TOMO) atau BOSS (Bridgestone One Stop Service) yang merupakan jaringan outlet resmi Bridgestone.
Selain peralatan yang memadai, pada setiap outlet resmi Bridgestone juga terdapat tire sales advisor (TSA) yang tersertifikasi langsung dari Bridgestone untuk berkonsultasi mengenai kondisi ban dan aspek keselamatan terkait ban, termasuk produk Bridgestone yang cocok untuk berbagai kendaraan. Jaringan outlet resmi Bridgestone ini bisa ditemui di 112 kota yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
(ega/ega)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?