Yang Punya Mobil Masih Sedikit, RI Dinilai Menjanjikan oleh Investor Mobil Listrik

Yang Punya Mobil Masih Sedikit, RI Dinilai Menjanjikan oleh Investor Mobil Listrik

Ridwan Arifin - detikOto
Selasa, 29 Des 2020 09:21 WIB
Kegiatan ekspor mobil terus dilakukan meski di tengah pandemi COVID-19. Pasalnya, kegiatan ekspor merupakan salah satu pemasukan devisa ke negara.
Ilustrasi ekspor mobil Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang menyebut Indonesia punya daya tarik bagi investor khususnya pengembangan kendaraan listrik. Di sisi lain, Agus juga menilai kebijakan untuk mendorong pengembangan mobil listrik di Tanah Air sudah tepat ketimbang negara lain, khususnya di wilayah ASEAN. Hal-hal semacam ini disebut bisa menarik investor ke Tanah Air.

"Kami sudah melakukan bahkan perhitungan simulasi terhadap atau berkaitan dengan insentif-insentif yang diberikan oleh negara lain, khususnya negara-negara yang memang menjadi kompetitor utama kita dalam mengembangkan industri khususnya otomotif, lebih khususnya lagi industri otomotif berbasis baterai atau listrik," ujar Agus Gumiwang saat konferensi pers virtual, Senin (28/12/2020).

"Jadi ketika kita kaitkan dengan policy, insentif baik itu berkaitan dengan demand side, supply side kita sangat kompetitif, kita sudah melakukan simulasi melakukan benchmarking dari negara di sekitar kita, dan kesimpulan kami policy-nya sudah tepat," sambungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain regulasi untuk mendorong pertumbuhan kendaraan listrik. Agus melanjutkan ada dua poin lain yang bikin Indonesia punya nilai lebih dari negara lain di mata investor.

"Hal kedua yang sangat menarik bagi investor itu adalah populasi kita yang sangat besar, tapi dari populasi kita yang sangat besar, yang akan membawa ketertarikan dari investor ini adalah bahwa faktanya rasio kepemilikan kendaraan bermotor roda empat di Indonesia itu masih sangat rendah, dibandingkan dengan rasio kepemilikan kendaraan bermotor roda empat untuk Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam. Jadi kita masih sangat rendah," sambung Agus.

ADVERTISEMENT

Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru sekitar 99 unit per 1.000 orang. Lebih rendah dari Malaysia yang mencapai 490 unit per 1.000 orang, dan Thailand sebanyak 275 unit per 1.000 orang.

Ia berharap ketika Indonesia bisa masuk ke dalam 10 besar negara besar yang ditargetkan pada 2030 maka rasio kepemilikan mobil bisa meningkat. Hal ini yang juga menjadi pertimbangan investor untuk mau menanamkan modalnya di Tanah Air.

"Daya beli masyarakat akan jauh meningkat, persentase peningkatan akan jauh lebih tinggi. Nah pasti di situ akan memdorong, mengungkit, masyarakat akan lebih secara alamiah, tidak usah dipaksa, dia akan belanja mobil, itu ruangnya sangat besar, jadi bukan hanya populasi kita yang 270 juta, tapi juga rasio kepemilikan di Indonesia masih sangat rendah, Itu poin-poin yang dilihat oleh calon investor," kata Agus.

Dalam paparannya, Agus menampilkan beberapa pabrikan mobil yang statusnya on progress berkomitmen untuk berinvestasi kendaraan listrik di Indonesia, yakni Hyundai Motor Corporation (Rp 21,8 Triliun), PT Honda Prospect Motor (Rp 5,1 Triliun), dan Toyota Group (Rp 28,3 Triliun).

Pertimbangan lain ialah sumber daya alam yang melimpah. Jika diproduksi di dalam negeri dengan tingkat kandungan lokal yang tinggi, bukan hal mustahil juga masyarakat bisa memiliki mobil listrik dengan harga lebih murah. Sebab, baterai jadi komponen utama mobil listrik dengan harga yang masih mahal.

Pemerintah Indonesia berambisi menjadi produsen baterai mobil listrik, bahkan yang terbesar di dunia. Keinginan menjadi produsen baterai mobil listrik itu lantaran Indonesia memiliki kandungan nikel yang mumpuni.

Mengutip Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, saat ini Indonesia mencatat potensi bijih laterit nikel dengan total sumber daya (terekam, tertunjuk dan terukur) 6,5 milyar ton dan total cadangan (terkira, terbukti) 3,1 milyar ton.

"Belum lagi bicara baterai berbasis nikel, plenty full kita di sini nikelnya, dengan beberapa produsen otomotif bahkan sudah saya sampaikan juga mendorong pabrik baterainya di Indonesia agar mereka bisa terintegrasi dari mulai baterai yang diproduksi sendiri, juga kendaraan yang akan diproduksi," tutup Agus.




(riar/din)

Hide Ads