Masyarakat Takut Naik Angkutan Umum saat Pandemi, Mobil Bekas Punya Peluang

Masyarakat Takut Naik Angkutan Umum saat Pandemi, Mobil Bekas Punya Peluang

M Luthfi Andika - detikOto
Kamis, 19 Nov 2020 09:16 WIB
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan penjualan mobil mengalami penurunan sebesar 13,7%. Daya beli masyarakat digadang sebagai penyebab kondisi ini.
Petugas tengah membersihkan mobil yang akan dijual di Dealer Mobil88, di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Senin (22/06/2015).
Ilustrasi mobil bekas Foto: Rengga Sancaya/detikOto
Jakarta -

Pandemi Corona yang tidak jelas kapan akan berakhir dan semakin bagusnya transportasi massa, diprediksi bakal menghancurkan pasar mobil bekas. Apa benar demikian ya?

COO Mobil88, Halomoan Fischer menjelaskan hal itu dinilai tidak tepat, mengingat banyak pengendara yang menilai menggunakan kendaraan pribadi yang merasa jauh lebih aman dibandingkan dengan menggunakan kendaraan umum.

"Mengenai isu bahwa ada ketakutan mengenai transportasi umum dan memutuskan untuk membeli mobil bekas, kalau lihat di Jakarta transportasi ini pesat berkembangya ada MRT, TransJakarta dan trans online untuk memudahkan orang mobilisasi, ini memang jadi solusi orang tidak membeli mobil pribadi," kata Halomoan Fischer.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun pada saat COVID-19 atau pandemi ini, di mana orang menghindari bertemu dengan orang lain, mobil pribadi lebih save-lah (lebih aman untuk beraktivitas), tapi tidak semua juga orang beralih ke mobil pribadi," kata Halomoan.

Sehingga menurut Halomoan kendaraan pribadi terlebih mobil bekas masih memiliki peluang untuk terus tumbuh di Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Ada segmen tertentu yang punya being power dengan kepraktisan hari ini (pada masa pandemi), yaitu masih banyak yang ingin memiliki mobil pribadi terutama mobil di bawah Rp 150 juta," ujar Halomoan.

Nah buat detikers yang hendak ingin melakukan pembelian mobil bekas atau mobil pertama, detikOto ingatkan agar lebih cermat dalam mengatur keuangan. Seperti pemberitaan detikOto sebelumnya.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan penjualan mobil mengalami penurunan sebesar 13,7%. Daya beli masyarakat digadang sebagai penyebab kondisi ini.Petugas tengah membersihkan mobil yang akan dijual di Dealer Mobil88, di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Senin (22/06/2015).Ilustrasi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan penjualan mobil mengalami penurunan sebesar 13,7%. Daya beli masyarakat digadang sebagai penyebab kondisi ini.Petugas tengah membersihkan mobil yang akan dijual di Dealer Mobil88, di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Senin (22/06/2015). Foto: Rengga Sancaya

1. Sediakan Dana Darurat Kendaraan, 1-5 Persen dari Pengeluaran Bulanan

Bagi pemilik mobil disarankan untuk menyediakan dana darurat diperuntukkan jika terjadi sesuatu pada mobil. Contoh paling sederhana semakin tua usia mobil maka semakin sering pula pergantian suku cadangnya. Pergantian suku cadang saat servis berkala jelas memunculkan biaya tak terduga yang harus dibayarkan.

Sebut saja aki mobil yang habis masa pakainya, kampas kopling, rem, busi, oli, dan filter-filter yang harus diganti dalam hitungan kilometer. Belum lagi pemilik mobil rentan terkena risiko ban kempes di tengah perjalanan, baik karena tekanan anginnya yang kurang atau karena musibah lain.

Oleh karena itulah, penting untuk mengalokasikan dana bagi kebutuhan ini. Tidaklah salah untuk menabung setidaknya 1% hingga 5% dari pemasukan per bulan untuk dana darurat mobil. Simpan saja dana tersebut di tabungan agar tetap likuid.

2. Total aset lancar Anda harus 15%-20% dari kekayaan bersih

Keberadaan mobil yang merupakan aset, akan menambah nilai kekayaan bersih Anda. Nilai kekayaan bersih sendiri didapat dari hasil pengurangan antara total aset dan total utang.

Semakin tinggi kekayaan bersih, maka makin tinggi pula persentase aset lancar (tabungan, kas, dan setara kas) yang harus Anda miliki.

Wajar saja, mobil tentunya butuh biaya operasional seperti biaya bahan bakar, biaya kebersihan, biaya jasa servis ringan, servis berat dan pajak. Itu sebabnya, seseorang yang memiliki mobil harus memiliki kas yang cukup, bukan hanya untuk keperluan yang sifatnya darurat melainkan juga untuk operasional.

Total aset lancar ideal harus Anda miliki adalah 15% hingga 20% dari kekayaan bersih. Jika kurang dari 15%, itu tandanya jumlahnya terlalu kecil.

3. Mobil juga harus dilindungi Asuransi

Satu-satunya yang bisa melindungi Anda dari risiko finansial atas rusak atau hilangnya mobil Anda adalah asuransi mobil.

Secara garis besar, asuransi mobil terdiri dari all risk dan total loss only (TLO). All risk akan menanggung apapun risiko yang terjadi, termasuk lecet di bagian bodi asal sesuai dengan aturan yang berlaku. Sedangkan TLO menanggung biaya pertanggungan ketika mobil Anda hilang, atau mengalami kerusakan total hingga mencapai 70% dari harga mobil.

TLO cenderung lebih murah daripada all risk. Namun pemilihannya harus disesuaikan dengan potensi risiko yang bakal dialami si pemilik mobil.

4. Cicilan Mobil Sesuai Pemasukan

Bagi Anda yang tengah mencicil mobil, Anda mungkin tidak mengetahui apakah besaran cicilan mobil per bulan Anda terlalu besar atau tidak.

Cara mengukurnya tentu saja dengan mengetahui debt service ratio (DSR) kita. DSR menunjukkan total cicilan utang yang kita miliki berbanding pemasukan bulanan, tidak hanya cicilan mobil, melainkan juga cicilan kartu kredit, dan kredit lainnya bila ada.

Untuk menghitung nilai DSR, Anda bisa melakukan perbandingan dari jumlah total cicilan Anda dengan pemasukan bulanan. Bila besaran cicilan mobil dan utang-utang lainnya masih di bawah 35% dari penghasilan, maka jumlah cicilan itu masih wajar.

Tapi jika berlebih, tandanya sudah terlalu besar. Itu artinya Anda harus mengatur ulang pembayaran utang Anda, bisa dengan melakukan perpanjangan tenor pinjaman atau dengan melunasi utang-utang lain di luar kredit mobil yang berbunga besar.


Hide Ads