Belakangan ini ramai seruan boikot produk Prancis. Di sektor otomotif Indonesia, merek Prancis ada Renault dan Peugeot. Renault sendiri mencoba peruntungannya di Indonesia dengan menjual mobil murah.
Salah satu mobil murah Renault yang dijual di Indonesia adalah Renault Kwid. Saat peluncuran pertama kali di Indonesia, Renault Kwid digadang-gadang sebagai LCGC killer karena harganya yang murah.
Saat ini, Renault Kwid dijual dengan harga Rp 149.900.000 sampai Rp 158.900.000. Sementara LCGC dari pabrikan Jepang saat ini harganya berkisar Rp 150 jutaan, bahkan ada yang sampai Rp 170 jutaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, secara performa penjualan Renault Kwid belum bisa menyamakan atau melampaui LCGC meski harganya lebih murah. Pada 2020, sepanjang Januari-September 2020, penjualan Renault Kwid masih terbilang sedikit. Selama sembilan bulan, Renault hanya mengirim 58 unit Kwid. Padahal, mobil-mobil LCGC di Indonesia penjualannya sudah tembus ribuan unit setiap bulan.
![]() |
Kenapa LCGC killer asal Prancis ini belum bisa mengalahkan mobil Jepang? Pengamat otomotif, Bebin Djuana, mengatakan hal itu ada kaitannya dengan brand image. Menurutnya, brand image mobil murah di kelas LCGC yang didominasi pabrikan Jepang sudah kuat.
"Karena di kelas itu (LCGC) tentunya kelas di mana seperti (konsumen) yang butuh sebuah kepastian. Kepastian dalam arti, nanti kalau dipakai sekian tahun dijual lagi nggak susah-lah. Pasti kaitannya ke sana," kata Bebin kepada detikcom, Kamis (5/11/2020).
Alasan lain, menurut Bebin, pabrikan Prancis akan kesulitan masuk ke kelas yang lebih massal seperti mobil murah. Sebab, banyak konsumen di kelas ini yang ragu dengan layanan purnajual mobil Prancis yang belum banyak di Indonesia.
"Kan itu bukan kelas yang mengerucut di atas, itu kelas yang massal. Tentunya (konsumen) akan bertanya-tanya, ini kalau saya misalnya ke Jawa Tengah, bengkelnya di mana ya? Toko sparepart ada nggak? Kan pasti berpikir ke situ. Karena ini masuk ke kelas yang massal," sebut Bebin.
"Kan beda, Anda beli yang sekian miliar, kalaupun terjadi masalah misalnya di daerah-daerah yang terpencil kelas ini (mobil premium harga miliaran rupiah) kan nggak pusing. Sama sopirnya aja ditinggal, dia terbang balik, nanti biar dealer yang urusin. Dia nggak pusing. Tapi kalau kelas massal (mobil murah) ini kan pasti akan berpikir soal jaringan dan sebagainya. Dan brand image pasti sangat penting. yang ada di top of mind apa," sambungnya.
(rgr/rgr)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah