Parah! Mobil Bekas yang Diekspor dari Negara Maju Bikin Polusi Tinggi

Parah! Mobil Bekas yang Diekspor dari Negara Maju Bikin Polusi Tinggi

Ridwan Arifin, Ridwan Arifin - detikOto
Rabu, 28 Okt 2020 10:36 WIB
Mobil baru diwacanakan mendapat insentif pembebasan pajak hingga 0 persen. Tapi kebijakan ini dikhawatirkan mengganggu kelangsungan bisnis pedagang mobil bekas.
Ilustrasi mobil bekas Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Sekitar 14 juta kendaraan bekas dari Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang sudah diekspor ke negara berkembang. Hal ini secara signifikan berkontribusi terhadap polusi udara, demikian menurut laporan terbaru Program Lingkungan PBB (UNEP).

Dari analisis mendalam yang dilakukan di 146 negara, mobil, van, dan minibus berkualitas buruk yang diekspor itu menghambat upaya pencegahan mitigasi perubahan iklim.

"Selama bertahun-tahun, negara-negara maju semakin banyak mengekspor kendaraan bekasnya ke negara-negara berkembang," kata Inger Andersen, Direktur Eksekutif UNEP, seperti dikutip dari laman UN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena ini sebagian besar terjadi tanpa regulasi, ini telah menjadi ekspor kendaraan yang berpolusi," sambungnya.

Terdapat 14 juta kendaraan bekas kategori ringan diekspor ke seluruh dunia, antara tahun 2015 hingga tahun 2018 menurut laporan itu. Sekitar 80 persen diekspor ke negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan lebih dari setengahnya diekspor ke Afrika.

ADVERTISEMENT

Aturan impor kendaraan bekas yang lemah di negara berkembang

UNEP menyerukan kepada negara-negara maju untuk berhenti mengekspor kendaraan yang gagal dalam inspeksi keselamatan dan lingkungan serta tidak lagi dianggap layak jalan di negara mereka. Laporan tersebut menemukan bahwa dua pertiga dari negara tujuan ekspor memiliki kebijakan yang sangat lemah untuk mengatur impor kendaraan bekas.

Negara-negara Afrika mengimpor kendaraan bekas dalam jumlah terbesar (40 persen) dalam periode tersebut, diikuti oleh negara-negara di Timur Eropa (24 persen), Asia-Pasifik (15 persen), Timur Tengah (12 persen) dan Amerika Latin (9 persen).

Untuk negara pengekspor, UNEP menemukan Belanda sebagai negara yang paling banyak mengekspor kendaraan tanpa sertifikat valid. Sebagian besar kendaraan yang diekspor berusia antara 16 hingga 20 tahun, dan berada di bawah standar emisi kendaraan Uni Eropa EURO4.

"Temuan ini menunjukkan, bahwa tindakan segera perlu diambil untuk memperbaiki kualitas kendaraan bekas yang diekspor dari Eropa," kata Menteri Lingkungan Belanda Stientje van Veldhoven.

"Belanda tidak bisa menangani masalah ini sendirian. Oleh karena itu, saya menyerukan pendekatan Eropa terkoordinasi, dan kerja sama yang erat antara pemerintah Eropa dan Afrika," van Veldhoven menambahkan.




(riar/din)

Hide Ads