Meski Merugi, Angkutan Umum Tegar Patuhi PSBB

Meski Merugi, Angkutan Umum Tegar Patuhi PSBB

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Senin, 13 Apr 2020 16:30 WIB
Puluhan mikrolet berjejer antri menunggu calon penumpang di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta, Selasa (6/10/2015). Untuk meningkatkan layanan transportasi publik, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) Jakarta tidak hanya fokus pada pengembangan transportasi publik berbasis bus rapid transit (BRT), tetapi juga melakukan penataan ulang pada angkutan umum reguler, seperti Kopaja dan Mikrolet. Transportasi massa berjenis mikrolet ini pun siap direvitalisasi untuk meningkatkan kenyamanan pengguna transportasi umum. (Foto: Rachman Haryanto/detikcom)
Organda DKI Jakarta tetap mendukung kebijakan PSBB untuk menekan penyebaran virus Corona. Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Sektor transportasi umum sangat terpukul karena kondisi pandemi virus Corona (COVID-19). Angkutan umum sepi penumpang lantaran aktivitas masyarakat dibatasi demi mencegah penularan COVID-19.

Menurut Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan, dampak dari pandemi COVID-19 itu sudah terasa oleh pengusaha angkutan umum sejak sebulan lalu. Saking sepinya, tak banyak angkutan umum yang beroperasi di Jakarta.

Organda DKI Jakarta mencatat, penurunan omzet angkutan umum di DKI Jakarta mencapai 75%-100% pada berbagai moda. Bahkan untuk moda angkutan pariwisata telah menurun 100%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak cuma itu, pengusaha angkutan umum terutama yang kecil seperti anggota koperasi sampai ada yang tumbang karena pemasukan berkurang. Untuk operator angkutan umum yang terbilang besar, mungkin hanya bisa bertahan beberapa bulan ke depan kalau kondisi masih seperti ini.

"Saya juga ngobrol dengan beberapa operator angkutan umum yang besar-besar, saya tanya berapa kuat cashflow kalian bertahan dengan situasi seperti ini? Ada yang bicara paling tinggal 1,5 bulan, 2 bulan, maksimal 2,5 bulan. Kalau 2,5 bulan berarti pertengahan Juni ambruk tuh. Kalau dia ambruk berarti ada kontribusi pengangguran dari karyawan," ucap Shafruhan kepada detikOto, Senin (13/4/2020).

ADVERTISEMENT

Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diyakini akan memperburuk kerugian pengusaha angkutan umum. Namun, kata Shafruhan, mau tidak mau pihaknya harus tegar menghadapi kondisi PSBB.

"Salah satu sumber penyebaran ini kan ada di transportasi. Memang tempat duduk (di angkutan umum) berdempet-dempet, dan itu bisa menjadi salah satu silent carrier dari penyebaran virus ini. Makanya kita mendukung kebijakan itu," sebut Shafruhan.

"Kalau rugi sudah pasti, toh sebulan terakhir ini sudah banyak kerugian yang kita alami. Tetapi virus Corona ini harus kita backup dari semua lini, apalagi unsur transportasi sangat sensitif. Karena penumpang kan kita nggak tahu dia silent carrier virus COVID-19 ini," sambungnya.




(rgr/lth)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads